Pemain Yang Dibuang
Pagi itu hari paling menyedihkan dari semua hari telah dimulai, perasan buruk sedang melanda Vetra Nabatea memasuki gerbang sekolah dengan perasaan tertekan terus berjalan menuju ruang kelas dengan tubuh yang lelah setelah begadang semalaman membuka pintu kelas dengan mengabaikan tatapan-tatapan yang menuju kearahnya dia terus berjalan menuju tempat duduknya.
Seperti biasa dia menerima tatapan dan decatan lidah dari beberapa murid laki-laki di kelas bahkan para gadis pun memandangnya tanpa ekpresi bersahabat. Namun Vetra sudah terbiasa dan mengabaikan mereka dengan sikap acuh tak acuh, duduk dikursinya dengan tenang, tapi selalu saja ada orang yang mengacau kepadanya dengan ekpresi menghina.
"Lihat mukanya! Pasti dia begadang semalaman bermain game."
"Bergadang semalaman bermain game, jangan-jangan game erotis."
"Uwaa.. Menjijikan. Super menjijikan!"
Tawa dan ejekan menghina itu datang dari Albert Alphin dan dua teman disebelahnya, mereka adalah orang orang yang selalu mengerjai Vetra sehari-hari. Mungkin itu karena status sosial mereka dengan Vetra yang berbeda mereka adalah anak-anak orang kaya sedangkan Vetra hanya orang biasa dari desa yang seecara kebetulan bisa masuk kesekolahan elit tempat mereka bersekolah. Karena itu mereka selalu memandang remeh Vetra dan menginjak-injaknya sesuka hati. Apa sebenarnya yang lucu dan mereka tertawakan coba? Vetra hanya diam mendengarkan ucapan mereka tanpa peduli.
Seperti mereka katakan Vetra memang seorang gamer, namun penampilan dan prilaku tidak seburuk itu untuk diolok-olok. Rambutnya rapi dan tidak berantakan seperti baru bangun tidur, dia pendiam tetapi tidak memberikan kesan menakutkan. walaupun selalu bermuka suram tetapi bukan berarti dia orang anti sosial, dia selalu menjawab kembali pembiacaraan dengan orang orang disekitarnya.
Ejekan yang diterima Vetra setiap harinya bervariasi, tetapi tidak sampai membuatnya merasa depresi. Dan kenapa semua murid laki-laki memusuhinya? Jawabannya mudah, itu karena seorang gadis yang di juluki Dewi disekolah ini.
"Vetra, selamat pagi! seperti biasa kau selalu terlihat lelah."
Gadis tersebut tersenyum kepadanya, dia duduk disebelah Vetra salah satu dari pengecualian yang memperlakukan Vetra dengan ramah. Di kelas ini, tidak, tepatnya disekolah ini dia adalah idola para murid laki-laki. Namanya adalah Eriana Salvy dia dijuluki Dewi disekolah karena parasnya yang cantik, serta populer diantara murid laki-laki dan perempuan. Memiliki rambut hitam pekat yang panjannya mencapi pinggan terurai berkilauan dengan mata besar yang memiliki kesan kelembutan, serta bibir merah dengan senyumam lembut yang menambah kesempurnaannya.
Jadi, kenapa orang seperti Eriana memperlakukan Vetra dengan baik? Karena itulah Vetra orang biasa yang hidup sebagai gamer tak terlalu memperdulikannya, namun begitu orang seperti Vetra dapat begitu akrab dengan Eriana membuat murid laki-laki di kelasnya tidak bisa menerimanya dan mereka sering berpikir "kenapa cuma dia?" membuat mereka iri dan percaya Vetra mengambil kesempatan dalam kesempitan dari kebaikan hati Eriana.
"Oh, Eriana. selamat pagi!"
Apa ini? Tiba-tiba Vetra merasakan tatapan tajam murid laki-laki mengarah padanya. Tapi dia hanya mengerutkan wajahnya tak nyaman saat membalas salan Erianan.
Dan Eriana menunjukan ekpresi bahagia. Kenapa dia memiliki Ekpresi semacam itu? Selain itu, bisakah dia sedikit lebih sadar dengan badai tatapan yang muncul. Vetra merasakan tatapan para murid kearahnya begitu menusuk sehingga dia bisa merasakan aliran keringat dingin. Vetra mengatakan dalam hatinya tanpa ragu pasti setelah ini ada murid yang akan membawanya kebelakang sekolah untuk mengajar dirinya.
Ketika Vetra mencoba untuk mengakhiri percakapan, murid lain mendekati mereka.
"Eriana, kau menyapa dia lagi? Benar-benar, Eriana sangat baik."
"Ya ampun, tidak peduli apapun yang kau katakan pada orang tanpa motivasi ini, tidak akan berhasil."
Mendengar ucapan mereka, Vetra hanya memberikan senyum getir. Vetra sebenarnya tidak peduli sedikit pun menerima kebaikan Eriana dengan tulus. Dia juga bukannya mau dimanjakan. Sebaliknya, tolong biarkan aku sendirian! Dia ingin berdebat dengannya, tapi akan ada lebih banyak masalah jika dia melakukannya.
Meskipun mereka memintanya untuk memperbaiki hobinya, hobinya adalah pusat dari kehidupannya. Karena, dia mampu mengumpulkan uang dan membayar biaya sekolah dari hobinya bermain game. Dia sudah melatih kemampuannya, dan semua hobinya sempurna untuk rencananya. Vetra tidak merasa ingin mengubah gaya hidupnya karena dia sudah memikirkannya dengan serius. Kalau Eriana tidak menaruh perhatian pada Vetra, dia seharusnya bisa menjalani kehidupan sekolah dengan tenang.
Vetra membiarkannya. Akan tetapi, sang Dewi tanpa kesadaran menjatuhkan bom atom lagi seperti biasa kepadanya.
"Kalian, kalian bicara apa? aku berbicara dengan Vetra karena aku yang ingin."
Batuk, mendengar ucapan Eriana serasa Vetra ingin muntah darah, kelas menjadi berisik. Murid laki-laki melotot dan mengetatkan gigi-gigi mereka dengan tatapan tajam mengarah pada Vetra. Kelompok Albert mulai mempertimbangkan ke mana mereka akan membawa Vetra ketika jam istirahat.
Pada saat itu, disaat yang tepat penyelamat pun datang. Suara bel berdentang menandai dimulainya pelajaran, bersamaan dengan masuknya guru mereka ke dalam kelas. Selama pelajaran guru sedang menjelaskan, namun Vetra hanya melamun mengingat kejadian pahit yang dialaminya baru-baru ini.
Sehari sebelumnya dalam game The World, Killer berjalan memasuki aula guild. Killer adalah nama karakter game yang Vetra mainkan. Berjalan sepanjang lorong menuju ujung koridor terletak disini adalah ruang pertemuan anggota guild, dipintu masuk terlihat lambang Guild Lord Dinasty.
Lord Dinasty adalah guild tempat Killer bergabung salah satu dari lima guild besar yang ada dalam game ini. Killer membuka pintu memasuki ruangan tersebut, suasana ruangan agak ramah para anggota sedang berkumpul di sekitar satu orang, dia adalah pemimpin guild tersebut Godark. Mereka mengabaikan kedatangan Killer dan memandangnya dengan ekpresi dingin dan remeh.
"Killer kami telah memutuskan mengeluarkanmu dari guild." Godark melihat kedatangan Killer dan tanpa basa-basi langsung bicara. Tanpa membicarakan terlebih dahulu atau menyampaikan dengan bijaksana dia tanpa perasaan memberitahunya secara dingin seolah-olah sedang membuang sampah yang sudah tak terpakai.
"Killir, kami minta maaf. setelah merundingkan dengan lima guild besar kita sepakat mengeluarkanmu dari guild dan agar mencegah kau melakukan tindakan berbahaya kami akan menyita semua perlengkapanmu." Disisi kanan Godark, wakil pemimpin berbicara beberapa kata. Namun, bahkan matanya tidak memandang Killer ini sudah tidak lagi mengabaikan tapi sudah termasuk tidak menghargai.
Sementara disisi Killer, dia mendengar ucapan tersebet tubuhnya seakan-akan dihantam ribuan balok kayu kearahnya. Kaget, kesal, marah namun dia tak sanggup berkata apa-apa. Apa-apaan ini? setelah apa yang aku lakukan untuk guild, mereka membuangku? Killer mulai mencerna situasi yang terjadi.
Killer dikenal King of PK sesuai julukannya dia sering melakukan pembunuhan terhadap para player. Tentu saja itu semua dilakukan atas perintah guild. Dengan class Berserker dan keahliannya tak diragukan kemampuannya untuk bertarung membuat namanya dikenal sebagai Player Killing. Tugasnya menghabisi para pemain yang menolak bergabung dengan Guil Lord Dinasty atau menghancurkan guil kecil yang dianggap menggangu perkembangan Guil Lord Dinasty. Dengan perlindungan dari Guil Lord Dinasty, Killer bisa bebas berkeliaran tanpa takut dengan orang-orang yang ingin membalas dendam terhadapnya.
Dan kini itu semua berubah. "Ha..ha jadi ini balasan atas loyalitasku terhadap guild?"
"Lima guild besar telah mengakhiri konflik yang terjadi selama ini, kami membentuk aliansi. Dan sebagai syarat atas kesepakatan ini empat guild besar lainnya menginginkan kau dikeluarkan dari guild karena kau banyak membunuh anggota guild mereka, itulah syarat agar tercapai kesepakatan. Jadi mau bagaimana lagi? kau harus bertanggung jawab atas ulahmu."
Bahkan jika Killer sangat marah sebelumnya. Pada saat ini hatinya tidak bisa dipungkiri merasa agak sakit. Killer membunuh atas perintah guild dan kini dia dibuang begitu setelah atas kerja kerasnya selama ini. Dan bahkan perlengakapan yang selama ini menemaninya akan dirampas. Full set black dragon armor dan black dragon sword, itu adalah item drop yang ia dapat dari membunuh monster legendaris, King Dragon. Rasanya ingin kabur namun dia sadar sedang berada di dalamguild, berhadapan dengan lebih dari 10.000 anggota guild suatu hal yang tak mungkin Killer bisa menang. Killer ingin offline namun tahu ketika online kembali dia akan tetap berada di tempat terakhir kali offline yaitu di ruang guild Lord Dinasty suatu hal yang sia-sia.
"Killer, cepat berikan perlengkapanmu, dan kami akan memberikan perlengkapan lain sebagai hadiah atas kerja kerasmu terhadap guild." ucap Godark.
Tubuh Killer sedikit gemetar saat melepas semua itemnya. Semua orang mengambil kesenangan dalam kemalangan saat melihat Killer melepaskan item yang selama ini dia gunakan dan menyerahkan kepada Godark.
Mata anggota guild menyala dengan keserakahan dan kebahagiaan saat melihat full set black dragon armor beserta black dragon sword. Itu termasuk item kelas atas yang sudah pasti semua orang menginginkannya.
Dalam sekejap menerima item tersebut Godark merasa kegembiraan. Namun merasa sedikit perlawanan dari Killer yang enggan melepaskan perlengkapan tersebut dari tangannya. "Ada apa Killer? kau tak perlu khawatir aku akan memberikanmu armor lain sebagai gantinya."
Setelah mengatakan itu Godark melihat bahwa Killer terdiam. Setelah menyerahkan armor kesayangannya dia memiliki sedikit kilatan rasa sakit dimatanya, Godark dengan terkejut melihat tubuh Killer yang bergetar sekarang telah berhenti.
"Tak perlu, aku tak membutuhkan armor baru."
"Apa?" Godark terkejut mendengarnya.
"Jika kau suka ambilah, gunakan armorku dengan baik."
"Apa katamu? bagaimana kau bisa bermain dengan armor pemula itu? bahkan kau tak memiliki senjata, aku ragu bahkan apa kau mampu membunuh monster level rendah." Godark tiba-tiba kehilangan kendali entah mengapa dia merasa lebih rendah dari Killer. Mendengar ucapan Killer tersebut membuat dia marah.
"Ha..ha" mendengar ejekan Godark tiba-tiba Killer tertawa. Dia melirik Godark tanpa mengatakan sepatah kata apapun dia membalikan tubuhnya dan meninggalkan aula guild.