LMS Vol 17 Chapter 5 Bahasa Indonesia


Volume 17 Chapter 5 ­ Kunjungan Seoyoon  


Kehidupan sehari­hari Half Sauce Half Fried.

Kok­kok­petok.

Jenggernya tumbuh dengan martabat dan dia adalah ayam Korea yang bagus. Dia berjalan disekitar halaman untuk menangkap cacing tanah sebagai makanan lezat.

"Seoyoon, makananmu di sini."

Hidupnya damai tanpa ancaman apapun, sedangkan makanan yang diberikan pada Seoyoon adalah

makanan yang benar­benar menyenangkan. Hidupnya nikmat bagaikan pohon bonsai yang dibudidayakan dengan bagus, dan kerjanya seharian hanyalah mengantuk saja! Perutnya kenyang dan punggungnya hangat, tidak ada lagi keinginan yang mau dicapainya dalam kehidupan sehari­hari. Sembari Seoyoon membelainya dengan kasih sayang, dia bahkan menggosok dirinya terhadap Seoyoon.

dia hidup sebagai ayam yang begitu bahagia.

Namun, Seoyoon selalu kasihan padanya.

‘Maaf aku tidak bisa berada di sini bersamamu.’

Itu karena Half Sauce Half Fried sendirian ketika dia berada di dalam kapsul atau di kampus.

Keok, keok, keok, keok.

Half Sauce Half Fried menggeleng bolak­balik saat dia berjalan di sekitar halaman rumah sakit.

Seoyoon berpikir,

‘Aku akan membawakan... teman untukmu.’

* * *

Ujian tengah semester, festival, dan pertemuan olahraga telah berakhir, dan sekarang waktunya kurang sedikit dari 2 minggu sampai liburan musim panas.

Lee Hyun menggerutu suatu keluhan tak berujung.

"Jenis universitas macam apa ini. Tidak bisakah lamanya perkuliahan di universitas dipersingkat menjadi 3 tahun, atau 2 tahun, seperti dinas militer?"

Mengingat dia harus tetap membayar biaya perkuliahan yang mahal selama tiga setengah tahun, masa depannya suram. Perasaan seorang terpidana yang menjalani masa tahanannya di kamp konsentrasi atau penjara, adalah seperti ini.

"Bahkan jika aku lulus kuliah, sepertinya aku tidak mendapatkan kelulusan pensiun, tak ada jaminan aku bekerja di perusahaan asing, dan juga tidak akan ada yang memberikanku asuransi kesehatan seumur hidup secara gratis..."

Ketidakpraktisan yang tak berujung dari universitas itu terus berlangsung.

Saat dia memandang bar, ruang kapsul, dan restoran pada jalan utama di depan universitas, dia menjadi khawatir tentang dunia pendidikan dan masa depan bangsa ini.

"Seharusnya ada lahan pertanian atau tambak di depan sekolah. Ketika kau lapar, kau dapat membantu orang­orang tua yang menanam padi, dan mendapatkan makanan ringan untuk dimakan, dan di musim gugur kau dapat membantu pemanenan juga. Tambak adalah... suatu penyimpanan makanan yang berharga. Kau dapat mencari tumpangan perahu dan juga pergi untuk menarik jaring."

Pada area tambak, satu sekop’an akan menghasilkan makanan. Kau bisa menangkap bahan makanan seperti tiram segar, gurita, lantas memakannya secara langsung dengan dicelupkan ke dalam pasta cabai. Karena kau juga bisa menangkap ikan dengan menebarkan jala dan memanfaatkan pasang surut aliran, itu bagaikan membunuh dua burung dengan satu kali lemparan batu!

"Tidak perlu membangun kantin yang terpisah..."

Itu bisa disebut simbol pendidikan pedesaan. Mahasiswa menikmati memancing sembari membaca buku, dan persahabatan terjalin saat merebus sup ikan pedas. Di depan universitas, bukannya ada bar, salon, toko pakaian, dan toko kerajinan pitek, melainkan tempat memancing dengan diskon.

Seperti biasa, Lee Hyun pergi ke plaza selama waktu istirahat siang, dan makan hidangan siang yang tersaji di depan kursinya. Seoyoon sedang duduk di sampingnya, dan makan siang bersama.

Lee Hyun mengambil lauk dengan sumpit dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

‘Ya, sangat lezat.’

Makan siang yang dimulai dengan kimbap dilanjutkan ke sushi, dan hari itu juga terdapat sandwich isi iga panggang.

‘Masih hangat. Dan bahkan belum dingin.’

Lee Hyun bahkan tidak tau tentang bekal yang dipanaskan dengan sinar pemanas untuk menjaga suhu makanan. Dia cukup senang bahwa dia bisa mencoba makan iga tanpa bayar.

‘Jadi, seperti ini rasa sandwich isi iga panggang.’

Di hari­hari SMP dan SMA, dia tidak bisa menggunakan kantin sekolah karena dia tidak membayar biaya makan siang. Meski begitu, tentu saja dia tidak bisa pergi tanpa makan, jadi dia diam­diam menyelinap dan mengambil nampan makan siang. Dia telah melewati hari­hari sekolah dengan diam­ diam makan makanan siluman yang tidak berlangsung dengan nyaman.

Bagaimana iri dirinya ketika teman­teman sekelasnya membuka bekal makan siang yang telah disiapkan sepenuh hati oleh orang tuanya.

"..."

Seoyoon sedikit menggigit bibirnya saat dia menyaksikan Lee Hyun makan dengan gembira. Sepertinya dia hendak tersenyum. Wajahnya yang tersenyum bisa membuat seseorang bahagia, tapi kesempatan untuk melihat itu benar­benar langka. Namun, ekspresi Seoyoon yang dingin dan membeku, seperti ketika dia membuat patung Goddess Freya yang pertama, kini hampir lenyap.

Seoyoon bahkan telah membawa teh gandum; dia menuangkannya ke dalam cangkir dan menyerahkannya kepada Lee Hyun.

"Mm, terima kasih."

Setelah meneguk teh gandum itu, Lee Hyun berbicara dengan perasaan iri, "Jangan hanya makan sayur; kau juga ingin makan 1 sandwich juga, kan?"

Tidak ada yang diberikan secara gratis. Dengan licik, dia berpura­pura memberikan kebaikan dengan menuangkan teh gandum padanya karena dia ingin makan roti juga!

‘Meskipun begitu, tampaknya dia menjadi sedikit lebih baik baru­baru ini...’

Tidak menyadari bahwa orang yang diam­diam meninggalkan makan siang adalah Seoyoon, Lee Hyun bertindak seperti orang yang diberi kekuasaan sangat besar.

Seoyoon menggeleng ke kiri­kanan. Dia merasa kenyang hanya dengan menonton dia makan.

Lee Hyun bertanya sekali lagi. "Kalau begitu, dua roti...?"

"..."

"Haruskah aku memberikan t­tiga?"

Berapa banyak balasan yang dia harapkan dengan memberikan hanya secangkir teh gandum, dia pun mengerutkan kening!

Pernah sekali ketika dia bersama makan siang dengan Seoyoon, dan dia makan kimbap­nya dengan sembarangan.

Kenangan waktu itu terus bermunculan di kepalanya.

Lee Hyun mendesah.

‘Aku bukanlah orang yang picik. Kadang­kadang, aku juga harus memberi.’

Ketika dia masih kecil, dia pernah pergi ke tempat teman­temannya hanya dengan memegang sendok, lantas dia bisa makan secara gratis. Saat dia mengingat perasaan sedih itu, dia mampu memahami sudut pandang Seoyoon itu.

"Makan saja dengan nyaman. Karena aku tidak pernah makan banyak daging... Maksudku, karena aku tidak suka banyak daging. Makanlah sebanyak yang kau inginkan."

Lee Hyun mengambil salah satu roti dan memasukkannya ke atas kotak nasi Seoyoon.

Seoyoon dengan hati­hati membuka mulutnya dan memakannya.

Itu seperti pemandangan indah yang bisa merebut indera seseorang lemas.

Setelah menatap pemandangan itu sejenak, Lee Hyun makan roti juga.

Nyam­nyam.

Dia tidak bisa memberinya banyak lauk lezat seperti roti ini.

"Mengapa ini begitu lezat? Jenis daging apa ini yang meleleh di mulut, meleleh."

Melihat dia memegang iga dengan kedua tangan, dan merobeknya setelah menyuruhnya untuk makan sesuka hatinya!

Lee hyun menghabiskan isi kotak makan siangnya sampai bersih, dan tidak meninggalkan bahkan sebutir nasi sekalipun. Tentu saja, dia bahkan melahap salah satu daging yang Seoyoon berikan di saat­saat terakhir. Dia telah menyelesaikan semuanya dengan begitu bersih, sampai­sampai dia senang dengan dirinya sendiri.

‘Dia tidak akan mengeluh bahkan jika dia makan tiga sandwich.’

Kemudian, seperti biasa, dia mengeluarkan catatan yang datang dengan makan siang untuk membacanya.

"Apakah dia hendak berterima kasih padaku karena telah makan dengan bahagia hari ini? Bahkan walaupun aku tidak tau siapa dia, dia masihlah seorang wanita berhati baik."

Tapi kata­kata yang ditulis pada catatan yang Lee Hyun ambil berbeda dari yang biasa.

Aku mempunyai suatu permintaan.

Apakah Kau punya waktu hari ini setelah kelas?


Adalah panggilan dari malaikat misterius berjilbab yang membuatnya makan siang.

Betapa nikmat makanan yang telah dia masak. Mulutnya penuh dengan air liur saat waktu makan siang bergulir. Cukup bersyukur, dia bahkan sudah mendapatkan sandwich isi iga hari ini.

Seoyoon sedang mengamati reaksi Lee Hyun dengan mata yang cerah.

"Aku ingin tau tentang siapa itu, ini sangatlah baik."

Dengan hati bersyukur, Lee Hyun menulis jawabannya.

Kelasku ada di ruang bisnis, lantai 3, kamar B07, ujung 4. Silahkan datang jika kau sempat.

* * *

Ketika waktu kelas mendekati akhir, Lee Hyun menjadi sedikit khawatir.

"Sebenarnya, tipe cewek macam apa dia?"

Melihat skill memasaknya, dia sangat mengesankan.

"Kesalahannya adalah, dia menggunakan bahan­bahan mewah yang tak terelakkan, dan dia hanya menggunakan kotak makan siang bermerk ternama, tapi aku tidak berpikir dia akan menjadi wanita yang buruk."

Lee Hyun telah menjadi sesosok malaikat misterius di imajinasinya.

"Hu hu."

Termasuk Choi Sang­Jun, Park Soon­jo, dan Lee Yoo­jung, yang lain telah mendengar tentang malaikat misterius yang mengemaskan Lee Hyun makan siang. Karena dia akhirnya muncul hari ini, itu adalah kesempatan perdana untuk menyelesaikan rasa ingin tau mereka.

Dengan sadar, Choi Sang­Jun menggelengkan kepalanya.

"Ayolah, hyung! Tidak bisakah kau memberitahuku sedikit saja? Tidak mungkin ada seorang gadis yang membawakan makan siang dengan begitu sopan. Di jaman sekarang ini, tindakan seperti itu tidaklah normal. Yoo­jung, aku benar kan?"

"Jujur saja... adalah suatu keanehan bahwa dia belum menunjukkan dirinya sampai sekarang bahkan sambil meletakkan kotak makan siang di tempat yang sama selama lebih dari sebulan. Jangan berharap terlalu banyak, oppa."

"Hyung, kau mendengar apa yang Yoo­jung katakan, kan? Sesosok malaikat misterius adalah sesuatu yang hanya ada di cerita fantasi. Bisa jadi, dia adalah profesor perawan tua atau seseorang yang berasal dari pelayanan sosial."

Meski begitu, senyum di bibir Lee Hyun tidak pupus.

Bahwa dia akan membuat makanan untuknya yang memiliki arti besar baginya.

"Seseorang yang mencurahkan semuanya untuk membuat makanan untuk orang lain... tidaklah mungkin bahwa dia adalah seorang wanita buruk."

Hubungan pribadi Lee Hyun tidaklah senormal itu. Berikan sebanyak yang kau terima. Karena dia telah mengemaskan makan siang untuknya, dia hanya menyimpulkan bahwa dia adalah gadis yang baik!

"Cukup sekian untuk hari ini. Kembalilah ketika semua tugasmu selesai."

Profesor itu meninggalkan kelas dan para mahasiswa menyiapkan tas mereka satu per satu. Namun, masih ada siswa yang berkumpul di area sekitar Lee Hyun.

"Menurutmu, orang macam apa yang akan datang?"

"Anggap saja orang tua. Bahkan mungkin seorang mahasiswa dari jurusan pendidikan jasmani."

Maksudnya adalah mahasiswa seni bela diri dari departemen pendidikan jasmani yang membungkuk ke Lee Hyun setiap kali mereka melihatnya.

Para mahasiswa yang akan meninggalkan area di sekitar pintu kelas berhenti seketika, seakan­akan beku.

"Sialan, Sexi banget! Itu adalah senior Seoyoon."

"Huh, apakah dia mengambil kelas berikutnya di sini?"

Dewi dari Universitas Korea!

Seoyoon memasuki kelas. Sembari mengenakan gaun hijau yang sangat cantik, dia membawa kotak makan siang dengan satu tangan.

"Tidak mungkin..."

Otot­otot wajah para mahasiswa berkerut. Mereka tau orang yang telah mengemaskan makan siang untuk Lee Hyun datang hari ini.

"Apakah makan siang Dewi­nim itu tanpa ampun masuk ke mulut hyung?"

"Ini adalah tragedi!"

Para siswa laki­laki terkejut dan tertekan!

Lee Hyun juga merasa bahwa dia telah sangat tertipu. Sementara sering bertemu Seoyoon disana­sini, kejanggalan awal dan kewaspadaan sudah menurun. Mereka telah melalui MT (membership training = pelatihan keahlian) dan festival, dan dia bahkan bisa mengatakan bahwa mereka telah menjadi teman sembari makan siang bersama. Seoyoon sungguh sering memukul bagian belakang kepalanya, tapi sekarang dia bahkan bisa melakukan itu sembari tertawa.

Namun, bagi Seoyoon si pemilik kotak makan tersebut, dia pasti tegang.

‘Dengan jenis desain rahasia macam apa dia...’

Lee Hyun curiga sejak awal. Dia telah salah karena lengah dan tanpa pertahanan saat makan siang.


‘Betul! Itu tidak baik. Itu adalah suatu kebodohan, itu tidak berbeda dari tertipu oleh perusahaan pinjaman yang mengatakan bahwa mereka akan membiarkanmu pinjaman uang selama sepuluh hari tanpa peduli.’

Suatu refleksi diri yang buruk tercermin pada kesalahannya yang begitu ceroboh!

Seoyoon mendekat dan mengulurkan catatan.

Kau akan mendengarkan permintaanku, kan?

Lee Hyun gemetar seperti aspen[1].
‘Jadi dia sudah menunggu­nunggu saat­saat seperti ini! Selama lebih dari 1 bulan...’

Babi juga disembelih setelah makan makanan yang disajikan dengan sangat baik. Gadis itu telah membuatnya makan hidangan makan siang yang direncanakan agar dia mematuhi permintaan berlebihan, ini semua dikarenakan kerentanannya itu!

Namun, Lee Hyun tidak ingin hidup dengan memikul hutang. Bunga akan tumbuh seiring berkembangnya hutang, dan akhirnya itu akan menjadi rawa yang terus mengikatnya.

"Jika itu adalah permintaan yang cocok dan layak... Aku akan mendengarkannya."

Seolah­olah lega, dia mengeluarkan catatan yang telah disiapkan sebelumnya.

Half Sauce Half Fried membutuhkan teman.

"Half Sauce Half Fried?"

Lee Hyun memiringkan kepalanya.

Bukankah itu nama khas yang diturunkan dari ayam yang dia besarkan di rumah?

Dia segera menyadari bahwa gadis itu sedang berbicara tentang ayam yang telah dia ambil di MT.

"Kau membutuhkan ayam?"

Seoyoon mengangguk.

Lee Hyun tidak menyembunyikan ketegangan nafasnya, dia pun tersedak dan bertanya lagi. "Seekor ayam betina yang bisa bertelur?"

Seoyoon hanya ingin memberikannya teman. Sampai sejauh ini, dia tidak memikirkan pembagian gender. Namun, karena Half Sauce adalah laki­laki, kalau dipikir­pikir, membawa perempuan akan jadi lebih baik. Seoyoon mengangguk lagi.

Pada saat itu, mata Lee Hyun gemetar. dia memaksa dirinya untuk menolak suatu ekspresi sedih yang intens.

‘Memberikan betina adalah lebih mahal... seekor yang kami besarkan sekarang adalah anak binatang yang memakan setengah akar bunga balon[2] yang aku ambil di gunung tempo hari.’
Meski begitu, jika dia menghitung harga makan siang itu, seekor ayam dapat dianggap sebagai harga yang cukup murah.

Lee Hyun menjawab sebagai persetujuan. "Baiklah. Yahh... Aku akan membawanya besok."

Tapi Seoyoon menggeleng.

Aku ingin membawanya setelah melihatnya dengan mataku sendiri.

Catatan yang telah dia siapkan sebelumnya membuat Lee Hyun berpikir sejenak, lantas setuju.

"Baik. Kau dapat memilihnya sendiri."

Dia berpikir bahwa hubungan mereka kurang kepercayaan.

‘Sepertinya dia ingin memilih ayam terbaik karena dia mengemas banyak makan siang. Ayam yang paling gemuk dan paling mahal.’

Ayam­ayamnya dibesarkan dengan baik untuk menjadi mutu tertinggi. Betina petelur bahkan akan terbang sembari mengepakkan sayap mereka segera setelah bertelur. Karena semua ayamnya memiliki nilai hampir setara pada harga pasar, dia mengizinkan cewek itu untuk datang ke rumahnya.

* * *

Lee Hyun berjalan bersama Seoyoon ke rumahnya.

Orang­orang yang melihatnya di jalan berdiri dengan bengong dan mengusap mata mereka beberapa kali, sebelum akhirnya menatapnya lagi. Baik pria maupun wanita tidak dapat mengalihkan mata mereka dari kedua orang itu. Sepertinya mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat menatap Seoyoon yang terlalu cantik dari kejauhan. Tatapan mereka tertuju pada Seoyoon, mereka tidak bisa mengatasi rasa ingin tau pria yang berjalan di sisinya.

'Pria beruntung macam apa yang bisa berjalan­jalan dengan seorang wanita seperti itu?'

Lee Hyun sangat normal, dan mengenakan t­shirt biasa dan celana jins biru berwarna pudar.

'Mengapa bajingan seperti itu... apakah dia seorang pria rentan yang mudah sakit­sakitan, sehingga harus ada seorang wanita yang menjaganya?!'

'Dia kaya! Keluarganya pasti kaya. Dia pastilah seorang pria kaya berharta ribuan juta Won di usia muda, atau pewaris harta yang begitu banyak.'

'Kekuatan cinta yang besar.'

Tatapan cemburu dan iri hati yang menyerangnya, Lee Hyun hanya berdiri kokoh untuk menanggapi itu semua.
"Penampilan bukanlah segalanya di dunia ini. Hati adalah yang terpenting."

Dia tau identitas Seoyoon yang sesungguhnya. Dia kejam, keras, dan bahkan curang. Dia adalah seorang wanita terburuk di dunia!

Bahkan jika wajahnya begitu cantik dan itu membuatnya sulit bernapas, benar­benar tidak baik jika kau terlena karena itu.

"Bahkan jika seorang wanita bisa memasak cukup baik, memiliki banyak uang, langsing, memiliki sosok yang bagus, cantik jelita, mengenakan pakaian yang cukup bagus, dan cerdas, itu semua belum tentu baik."

Jika dia cukup layak untuk masuk ke Universitas Korea, maka otaknya pasti cukup brilian. Meskipun mereka sama­sama mengambil matematika, Seoyoon bisa memecahkan soal­soal di buku dengan

begitu mudah. Dia bahkan cepat memahami dan memecahkan soal­soal yang tidak bisa dikerjakan oleh teman­teman sekelasnya.

"Entah kenapa, aku sendiri menyesalkannya." Lee Hyun berjalan dengan kepala tegak.

Seoyoon tiba­tiba juga mengikutinya. Mungkin dia bisa melakukan itu karena tidak sedang mengenakan sepatu berhak tinggi, tapi langkahnya memang cukup cepat. Ketika hendak melihat rumah Lee Hyun, wajahnya memerah dengan begitu jelas. Ini adalah pertama kalinya dia mengunjungi rumah seorang pria, dan dia memiliki harapan tinggi pada ayam yang akan dibawanya pulang sebagai teman.

"Kita sampai."

Lee Hyun masuk ke tempat terpencil itu, lantas membuka rumahnya sendiri, kunci demi kunci. Ada total 7 kunci di pintu depan! Terdapat suatu password yang terpisah dan bahkan memerlukan kartu kunci untuk membukanya.

Ketika Seoyoon mendekati ambang pintu, Lee Hyun memblokir pintu masuk dengan tubuhnya.

"Akan kukatakan ini sebagai nasehat, tapi kau tidak bisa pergi ke rumahku dan menyentuh berbagai benda. Aku tau di mana letak dan posisi semua benda, oke?"

Lee Hyun sangat mencurigainya dan bahkan memperlakukan gadis itu layaknya maling! Karena itulah tidak banyak orang berkunjung ke rumahnya. Choi Ji­hoon kadang­kadang berkunjung sembari bertemu dengan Lee Hayan, tapi gadis itu tidak terlalu sering bersamanya setelah perbaikan elektronik berakhir.

Lee Hyun sedang waspada penuh.

Seoyoon mengangguk. "..."

"Untuk sekarang, masuklah."

Seoyoon berjalan melalui pintu.

Guk, guk, guk!

Seekor anjing besar seukuran anak sapi dengan cepat berlari, berbaring di perutnya, dan menyalak dengan manis. Gonggongannya yang manis tidak selaras dengan fisiknya yang kekar.

Mohm Boshin, nama yang Lee Hayan telah berikan sendiri!

Lee Hyun menjelaskan dengan segera,

"Ini adalah anjing yang kami besarkan. Dia adalah partner yang sangat berbahaya, jadi lebih aman bagimu untuk menjauh darinya."

Ketika Seoyoon mengulurkan tangannya yang indah, Boshin bahkan mengibaskan ekornya dengan keras.

Indera penciuman seekor anjing adalah 10.000 kali lebih baik daripada manusia. Dia mencium aroma lezat dari sandwich iga, dan juga aroma Half Sauce Half Fried yang melekat dengan Seoyoon.

Seperti ketika seekor anjing secara naluriah waspada ketika mereka melihat seorang penjual daging,

ketika melihat Seoyoon, dia berlari dengan harapan akan diberi sepotong atau dua potong daging, dan dia pun menggeliat untuk menyambutnya. dia berjingkrak di sekitar Seoyoon sembari mengibaskan ekornya sebagai ucapan selamat datang.

Lee Hyun berteriak,

"Hei, hei! Hentikan itu, Boshin, kau akan menggigit seseorang lagi, kan? Baru minggu lalu kau menggigit seseorang dan membuatnya dirawat di rumah sakit. Kali ini tidak. Pergilah!"

Guk guk.

Boshin hanya mengibaskan ekornya dan diam­diam kembali ke rumah anjing nya. Bahkan setelah mendapatkan tuduhan palsu tentang menggigit seseorang, Boshin memang benar­benar jinak.

‘Harga ayam adalah beberapa ribu Won di pasar, tetapi kau bisa mendapatkan 200 ribu Won untuk seekor anjing! Jangan harap aku memberimu!’

Boshin memiliki tubuh yang luar biasa montok dan dia begitu terlatih, sehingga otot­ototnya sangatlah baik. Mereka bahkan tidak menjualnya ketika pedagang daging anjing datang dan menawarkan 350 ribu Won, sehingga tidaklah mungkin dia memberikannya pada Seoyoon.

"..."

Seoyoon mendekati kawat yang menyatu pada kandang dengan langkah tergesa­gesa. Dalam rajutan kawat itu, ada juga kelinci yang melompat­lompat.

Seoyoon dengan cepat menulis catatan dengan pensil.

Bolehkah aku menyentuh mereka? Ini adalah pertama kalinya aku sedekat ini dengan kelinci.

"Silahkan saja. Ah ya, hati­hati karena baru kemaren kelinci­kelinci ini melahirkan bayi."

Bayi? Dimana?

"Mereka ada di dalam kandang."

Seoyoon menatap kelinci dengan bersemangat, layaknya anak kecil yang makan hamburger untuk pertama kalinya.

Lee Hyun adalah seorang OCD (singkatan dari obsessive compulsive disorder, artinya orang yang begitu memperhatikan) tentang sanitasi, sehingga bagian dalam jala itu sangat bersih dan tertata dengan baik. Ada tumpukan rumput untuk makanan kelinci, dan bayi kelinci dengan tubuh berukuran sekitar 2 atau 3 kali lebar jari, sedang menggeliat di sudut yang teduh. Meskipun mereka hanya bayi, mereka memiliki telinga panjang dan kaki belakang mereka bergerak seakan melompat di sekitar!

"Aahhhh."

Seolah­olah dia sedang bernyanyi, seruan terucap dari bibir Seoyoon! Layaknya bisikan yang merdu dan jelas.

Dia menempel ke kandang kelinci, mengintip dengan mata berbinar. Tidak bisa menyentuh bayi karena mereka mungkin takut, ekspresinya penyesalan terlihat pada raut wajah si gadis.

"Kau bisa menyentuh mereka."

"..."

Namun, Seoyoon tidak bisa dengan mudah menyentuh mereka.

"Okelah. Mereka adalah bayi yang bahkan belum sanggup membuka matanya sendiri."

Bukan itu yang membuat Seoyoon khawatir, tapi Lee Hyun meletakkan tangannya melalui jala dan mengeluarkan bayinya.

"Sini."

Ketika dia menurunkannya ke punggung tangan Seoyoon, bayi kelinci menendang dengan lemah karena menggeliat. Seoyoon memeluk bayi kelinci seolah­olah itu adalah benda berharga dan membelainya. Tapi dia segera memasukkannya kembali ke dalam kandang, karena bayi kelinci mungkin merasa cemas.

Bahkan setelah itu, Seoyoon tidak meninggalkan kandang kelinci dan berjongkok terus.

‘Tentunya, dia tidak akan memintaku untuk memberikan seekor!’

Lee Hyun menjadi semakin kaget. Adiknya belum pulang dari sekolah.

‘Berduaan di rumah dengan seorang gadis... aku benar­benar harus hati­hati!’

Seorang pria dan seorang gadis.

Ini adalah situasi yang tidak masuk akal.

Lee Hyun berkata dengan tegas, "Ayo cepat untuk melihat ayamnya!"
dia melakukan sebisanya untuk menjauhkan si gadis dari kandang kelinci.

Seoyoon ingin terus melihat bayi kelinci yang bahkan belum sanggup membuka matanya. Dia telah jatuh cinta dengan pandangan menggemaskan dari bayi­bayi itu yang meringkuk bersama induknya. Induknya melihat dia secara tak acuh sembari menggembungkan pipinya yang terisi penuh dengan wortel! Namun, Seoyoon meninggalkan mereka dengan penyesalan besar untuk membiarkan waktu beristirahat pada kelinci­kelinci kecil dengan nyaman, lantas dia pergi ke halaman belakang di mana ayam tinggal.


Kok­kok­kok.

Kok­kok­kok­petok!

Ayam Korea bisa naik pohon dan terbang layaknya burung. Anak ayam sedang bertatah di tanah.

Begitu Lee Hyun dan Seoyoon yang belum pernah mereka lihat, datang, mereka dengan cepat melarikan diri ke sudut atau ke atas pohon. Mereka memasang pandangan yang begitu waspada dan penuh kehati­hatian. Ketika mereka bersembunyi di sudut­sudut, mereka menjulurkan kepalanya keluar, dan mengamati pergerakan manusia, mereka tidak berniat untuk keluar.

Namun, melalui Half Sauce Half Fried, Seoyoon akrab dengan kebiasaan ayam. Dia merobek sandwich iga yang sudah dia siapkan menjadi potongan­potongan kecil dan menaburkan itu ke tanah.

Kok­kok­kok­petok!

Ayam melompat dari pohon dan dari ranting layaknya binatang buas, lantas mematuk potongan­ potongan itu. Bahkan anak ayam terjun bersama paruhnya yang kecil, dan merobek iga itu.

Seoyoon menepuk ayam dan anak ayam. Terlepas dari kenyataan bahwa dia adalah orang asing, mereka dengan cepat menjadi ramah karena sudah diberi sandwich, dan mengusapkan sisi tubuhnya pada gadis itu.

‘Mereka mulai suka denganku.’

Tidak tau apa yang harus dilakukan, Seoyoon hanya bisa mengelus ayam dengan sorotan mata penuh kasih sayang.

Lee Hyun sedang tertekan.

‘Sandwich iga itu adalah makanan sama seperti yang aku makan tadi siang...’

Dia hidup sebagai orang yang makan makanan sama seperti ayam! Meski begitu, walaupun wajahnya hampir tidak menunjukkan suatu ekspresi pun, Seoyoon benar­benar senang berada bersama ayam, dia pun merasa lega.

Dia, adalah seorang gadis yang selalu dia pandangi tanpa bisa didekati, kini sedang tersentuh begitu dalam dengan ayam, sembari beberapa tetes air mata berlinang di kelopak matanya.

Meskipun begitu, Lee Hyun tersedak tanpa alasan.

‘Ini terasa lebih aneh daripada ketika aku pertama kalinya menggoreng ayam bersama adikku.’

Dia tau bahwa Seoyoon bukanlah orang yang sangat buruk. Namun, tidak mudah baginya untuk mengakui itu.
‘Apakah dia orang jahat atau orang baik... dia tidak bisa dekat denganku.’

Kalau mau dilihat dari sudut pandang realistis, mereka hidup dalam keadaan yang terlalu berbeda. Lee Hyun bisa dengan baik memperkirakan seberapa mahal satu setel pakaian yang dikenakannya.
‘Bahkan pakaian bermerek ternama yang muncul di televisi dihargai lebih dari 100 ribu Won... dengan kain yang baik, merek yang disebut Dior, dan desainnya, minimal pasti berharga 150 ribu Won!’

Ada perbedaan terlalu besar dalam situasi rumah tangga mereka. Seorang gadis seperti Seoyoon menyukai pria hebat yang bahkan tidak layak dibandingkan dengan Lee Hyun.
‘Seorang pria yang memenuhi syarat akan muncul.’

Seperti itulah yang terjadi pada Jeong Hyo Lynn dan gadis­gadis lain.

Lee Hyun membuat keputusan besar.

"Pilih satu. Dan jika ada satu lagi yang kau suka... Kau boleh memilih dua."

Sembari membelai ayam dengan kebahagiaan, Seoyoon menatap balik ke arahnya dengan mata bahagia. Mata itu bertanya, apakah dia bersungguh­sungguh!

Lee Hyun memalingkan pandangannya ke arah lain, dan dia pun berbicara. "Peliharaan seperti ayam... diambil dua atau tiga ekor tidak akan masalah."

Cukup luar biasa, Lee Hyun menunjukkan kemurahan hati yang besar. Itu karena dia merasa bahwa membayar makan siang dengan hanya seekor ayam tidaklah cukup.

Seoyoon memilih tiga ekor ayam.

Setiap kali dia mengambil ayam, wajah Lee Hyun menjadi pucat.

‘Yang itu adalah ayam petelur... dan yang itu adalah ayam potong, dan yang itu adalah ayam gemuk yang masa depannya sangat menjanjikan!’

Seekor ayam petelur tentu saja makhluk yang begitu berharga. Dia berniat menangkapnya ketika adiknya menikah dan memberikannya pada si suami adiknya sebagai hadiah. Tapi ayam­ayam itu akan terus berproduksi sampai saat itu tiba, lagian masih ada dua ekor ayam petelur yang tersisa, jadi itu tidaklah masalah... Meski begitu, saat ini Seoyoon memilih ayam petelur, dia merasakan kesedihan dan rasa sakit, seakan­akan hatinya terpotong­potong.

Lee Hyun berbicara sedih.

"Aku akan... mengemas mereka untukmu."

Agar Seoyoon nyaman membawa mereka, dia mengikat kaki dan leher ayam­ayam itu dengan tali dan menghubungkan mereka satu sama lain. Tampak seperti kereta luncur ayam, dan itu tampak begitu aneh, tapi Seoyoon mengambil talinya begitu saja.

Dia menulis di catatan.

Aku benar­benar bersyukur. Terima kasih banyak karena telah mengabulkan permintaanku meskipun itu berlebihan.

"Tidak apa. Ini tidak begitu merepotkan. Jika perlu, satu lagi..." Lee Hyun buru­buru merevisi kata­katanya.
"Lain waktu kau dapat mengambil satu lagi anak ayam."




Benarkah?

"..."

Seoyoon, ingin mengambil seekor lagi, seketika pria itu menyatakan ijinnya!

Ketika Lee Hyun berbincang melalui catatan, dia pikir itu agak aneh.

‘Mengapa tidak dia berbicara?’

Dia awalnya berpikir bahwa gadis itu menyembunyikan fakta bahwa dia bisa berbicara dengan tujuan untuk menipunya, namun ternyata tidak begitu. Sewaktu MT dan festival, dia tidak mendengar si gadis berbicara sekali pun. Bahkan waktu mereka makan siang bersama, dia tidak berbicara. Jujur, mereka berbincang melalui catatan setelah dia meninggalkan catatan tersebut di kotak makan siang, dan itu bisa disebut sebagai kemajuan yang luar biasa.

‘Dia berbicara hanya satu kata di Royal Road, tapi suaranya terdengar sangat bagus di telinga...

mungkin saja, suaranya yang sebenarnya benar­benar kering, kan?’

Ketika Lee Hyun hendak meninggalkan halaman belakang untuk mengantar Seoyoon pergi, Boshin mendekat sembari merengek. Seoyoon juga tampaknya berpikir bahwa Boshin adalah anjing yang lucu

karena dia tidak mampu menjauh.

Lee Hyun berbicara dengan suara gemetar. "J­Jangan­jangan kau suka anjing ini?"

"...?"

"Apakah kau ingin... mengambil Boshin juga?"

Perubahan yang mengejutkan pada Lee Hyun! Dia bahkan juga akan memberikan Boshin pada Seoyoon, yaitu seekor anjing yang begitu dia hargai dan sudah dia besarkan pada hari­hari musim panas.[3]

Dapatkah aku benar­benar membawanya untuk memeliharanya?

"Boleh saja. Karena tampaknya anjing ini menyukaimu."

Lebih dari apa pun, Seoyoon tampak senang bukan kepalang setelah mendengar kata­kata yang menyatakan bahwa sepertinya anjing itu menyukainya. Terkejut dan tersentuh, dia pun meneteskan air mata.

Lee Hyun berbicara dengan suara rendah.

"Anjing bajingan ini makannya banyak, jadi ada baiknya untuk sering memberinya makan. Dia akan membanting semangkuk makanan yang terlalu sedikit, jadi persiapkan yang besar untuknya, dan biarkan dia pergi bermain di halaman belakang pada hari hujan. Jangan mengikatnya di malam hari. Dia berburu binatang­binatang kecil seperti tikus dan musang. Dia memakan waktu sekitar 2 jam untuk tidur siang, tetapi jika kau ingin bermain dengannya, panggil saja namanya. Dia akan bangun. Dia suka lobak dan wortel, jadi beri dia beberapa sayuran itu saat ini dan nanti..."

Setiap kata dari penjelasannya seakan­akan merelakan kekasihnya pergi.

‘Rasanya seperti hatiku sedang dirobek­robek.’

Bahkan saat dia menderita rasa sakit parah, Lee Hyun tidak menarik keputusannya.

Ketika memberikan hadiah, kau tidak harus menunjukkan wajah enggan. Memberikan dengan wajah berseri­seri sama saja dengan menyuap!

‘Quest kelas S tahap kedua dan ketiga... jujur saja, aku pikir akan mustahil bagiku untuk menyelesaikannya.’

Dia bekerja keras untuk meningkatkan skill Sculpting­nya. Namun, dia tidak bisa menjamin kesuksesan quest.

‘Dengan aliansi bersama para Barbarian, Power of the Delivere, Death Sentence, dan juga banyak keberuntungan, aku bisa menyelesaikan quest tahap pertama.’
Dia tidak bisa berharap untuk selalu mengandalkan beruntung dalam quest.

‘Tahap 2 dan 3 akan lebih sulit.’

Untuk seterusnya, dia akan berada dalam posisi putus asa dan kesepian dimana dia harus menjalani setiap quest tanpa adanya sesuatu pun.

‘Jika kita bisa mengerjakannya bersama­sama...’

Jika Seoyoon berpartisipasi dalam quest bersama dia, itu akan menjadi jauh lebih meyakinkan baginya.

Terima kasih banyak.

Entah darimana datangnya, mobil mewah asing telah terparkir didepan rumah Lee Hyun, tanpa sepengetahuan dia. Pengawal Seoyoon telah datang dan siaga. Pengawal yang mengenakan jas hitam itu membuka pintu belakang mobil. Ayam dan Boshin naik di kursi belakang. Ayam dan anjing sedang menikmati kemewahan naik mobil senilai ratusan juta Won yang bahkan dilengkapi dengan pengawalan dan sopir!

Lee Hyun memberikan senyum palsu di bibirnya yang menyembunyikan perasaan batin pahit saat dia melihat si gadis pergi.
"Sampai jumpa. Mampir lagi lain kali."

Pada saat itu, Seoyoon berhenti sebelum masuk ke dalam mobil, ragu­ragu sejenak, dan menulis sesuatu pada catatan.

Dapatkah aku benar­benar datang bermain lagi?

"..."

Lee Hyun yakin benar bahwa inilah yang dinamakan: kehilangan kata­kata. Tidakkah itu berarti dia masih ingin mengambil beberapa hewan lagi walaupun Lee Hyun sudah memberinya begitu banyak!

‘Tentunya dia tidak akan datang lagi. Itu mungkin hanya sesuatu yang dia katakan sebagai bentuk kesopanan, layaknya basa­basi.’

Lee Hyun mengangguk.

"Jika kau punya waktu, datanglah kapanpun kau inginkan."

Terima kasih. Sampai jumpa lagi lain waktu.

Seoyoon masuk ke mobil dan pergi dengan pengawalnya. Lee Hyun, yang masih berdiri masih di depan pintu, menghela napas panjang setelah mobil tersebut meninggalkannya.

Dia mengingat perasaannya ketika bertemu bos jahat sambil melakukan berbagai pekerjaan setelah putus sekolah SMA.

"Mereka yang tega melakukan hal seperti itu sungguhlah keterlaluan." Dia telah mendapatkan pelajaran berharga.
"Bertemu dengan wanita benar­benar hal buruk."

Biaya kencan! Ketika kau bertemu seorang wanita, uang yang dihabiskan untuk melakukan ini dan itu. Dia tidak membelikan Seoyoon makan atau kopi, dan sepertinya mereka tidak pergi ke taman hiburan bersama­sama. Namun, ada harga yang harus ditebusnya berupa ayam dan anjing!

"Seorang wanita adalah musuh tabungan. Musuh."

Lee Hyun menggertakkan giginya. Kebencian terhadapnya si gadis semakin menyala­nyala.

* * *

Kamar rumah sakit Seoyoon mengingatkan seseorang pada ladang hewan. Boshin berbaring setelah makan makanan hangat dan daging, dan ayam­ayam bebas terbang di sekitar sembari mereka berkokok. Bahkan anak ayam kuning berjalan­jalan di sekitar kamar sembari berciap­ciap.

"..."

Seoyoon duduk di kursi dan membaca buku.

"Makanan disukai anjing "

"Banyak anjing adalah kenyamanan hidup."

"Seekor anjing menggonggong karena suatu alasan"

Itu adalah panduan untuk membesarkan anjing peliharaan.

Tidak hanya ruang latihan pribadi yang terdapat pada kamar rumah sakit milik Seoyoon, tetapi juga terdapat 4 kamar belajar, dan bahkan dilengkapi dengan bar pribadi di mana dia bisa minum minuman sederhana. Bagi Boshin dan ayam­ayam, ruangan itu tidak berbeda dari surga.

Guk! Guk!

Boshin bahkan menyalak sambil melihat ke luar jendela. Meskipun itu tidak besar, dia tinggal di suatu rumah disertai halaman belakang, sehingga dia membutuhkan udara segar di luar.

Seoyoon siap untuk pergi keluar.

‘Menurut buku "Banyak Anjing adalah Kenyamanan Hidup," kau harus berjalan bersama­sama anjing secara teratur.’

Seoyoon menempatkan tali anjing di leher Boshin. Boshin diam dengan patuh, sambil menjulurkan lidahnya dan menjilat tangannya. dia menjanjikan kesetiaan kepada pemilik yang telah secara dramatis mengubah nasibnya sebagai makanan musim panas!

Para perawat melihat Seoyoon, seakan sulit untuk percaya.

"Sepertinya... dia menjadi lebih cerah dari sebelumnya."

"Memang. Rasanya seperti kulitnya telah benar­benar berkembang, ya? Dia benar­benar cantik sebelumnya, tapi sekarang dia bahkan bisa membuat seorang gadis jatuh cinta padanya."

Para perawat tidak tau bahwa Seoyoon, yaitu gadis yang telah menutup pintu hatinya meskipun telah dibujuk berkali­kali, akan menjadi lebih baik seperti ini.

Cha Eunhee juga harus mengakui kualitas Lee Hyun pada saat itu. "Dia benar­benar seorang pria yang baik."

Rekannya berburu di Royal Road tidak memberikan pujian padanya.

"Keteguhan hatinya yang hangat mungkin telah mencairkan hati Seoyoon yang beku, kan?"

Dia juga telah mendengar banyak tentang Lee Hyun dari Chung Il hoon. Berapa banyak orang laki­laki di dunia yang begitu berdedikasi pada keluarga mereka! Itulah sebabnya dia menghabiskan seluruh

hidupnya di Royal Road, dan itu tidak bisa dilihat hanya sebagai suatu kesalahan.

"Seoyoon memaksa dirinya sendiri untuk pergi ke kampus, tapi sekarang dia menikmatinya. Dia benar­ benar jauh lebih baik."

dia sekarang beternak ayam dan memelihara anjing, itu adalah tanda yang sangat positif. Cha Eunhee menduga bahwa jika dia menuangkan cinta saat membesarkan hewan peliharaan, hari ketika hatinya benar­benar terbuka tidak akan lama lagi datang. Sekarang Seoyoon telah naik ke level, dimana dia dengan mudah mengekspresikan perasaannya melalui secarik catatan. Tak lama lagi akan datang kesempatan bagus dimana dia tidak ragu untuk membuka mulut dan berbicara.

"Apakah ini adalah waktunya untuk melaporkan ke ketua?"

Cha Eunhee harus menghubungi ayah Seoyoon. Dia selalu menerima laporan tentang putrinya melalui pengawalnya. Jika dia mendengar kabar bahwa hati Seoyoon akan segera sembuh, dan dia bahkan akan mampu berbicara, dia pasti akan senang.