LMS Vol 18 Chapter 2 Bahasa Indonesia


Volume 18 Chapter 2 ­ Perjalanan Seorang Pria  


Ahn Hyundo berkata.

"Siapa yang akan pergi bersama murid termuda?"

Ahn Hyundo mencoba untuk mencari seseorang yang akan pergi.

Ketika dia muda, dia telah berkeliling ke banyak negara. Dia telah menghabiskan kehidupannya bepergian ke negara­negara asing.

Suasana dari rapat itu lumayan bagus karena mereka akan bertemu wanita di Royal Road.


Para guru tau tetapi mereka tetap diam.

Dalam haluan menguasai pedang, mereka berkelana untuk mempelajari tentang dunia.

Itulah kelemahan dari menjadi orang pertama yang berbicara sehingga mereka semua tetap diam.

Mereka hanya tetap diam dalam posisi duduk mereka dengan dada yang kokoh dan bahu yang lebar.

Mereka terus saling melirik satu sama lain seolah­olah mereka sedang memohon.

Ahn Hyundo menatap mata dari masing­masing instruktur.

Chung Il Hoon tampak seperti dia adalah seseorang yang teguh namun dia memiliki kualitas murah hati dan penuh kebaikan.

Dia sangat kompeten dan merupakan murid terbaik untuk pengembangan dojo lebih lanjut.

‘Jika dia pergi maka jumlah pekerjaan disini akan meningkat.’

Ahn Hyundo berpikir bahwa itu adalah ide yang lebih baik untuk membuat para instruktur mengajar. Dia tidak mau mereka pergi dan menyia­nyiakan waktu yang berharga yang dibutuhkan untuk mengoperasikan dojo.

Dia ingin menemui wanita yang dia temui belakangan ini di Royal Road dan pergi ke pantai lagi.

‘Tidak harus dia juga.’

Dia dengan cepat memutuskan menentang keempat instruktur yang pergi.

Roi Lee adalah instruktur yang termuda dan punya banyak prestasi yang menonjol di jalan pedang. Virtual reality Royal Road ternyata sama seperti yang diharapkan.

Itu adalah hal yang mereka cari untuk mengukur perkembangan mereka.

Kemauan untuk bertarung, perasaan lemah didalam diri mereka sendiri, atau mempelajari jalan pedang.

Mereka telah hidup bersama pedang dan dunia Royal Road sangatlah hebat.

Sebuah dunia sihir.

Kecerobohan sesaat saja akan mengarah pada serangan kejutan dari kawanan monster dimalam hari.

Mereka bisa menghadapi sejumlah tantangan di Royal Road dan bangkit dengan segera setelah mengalami keputusasaan dari kegagalan. Itu adalah sebuah tempat dimana mereka bisa melatih tekad mereka melalui perjuangan.

‘Ma Sang Bom punya banyak hal yang harus dilakukan.’

Ma Sang Bom menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melatih para praktisi lain, jadi menyuruh dia pergi akan menjadi hambatan yang besar bagi dojo.

"Choi Jong Bom."

"Ya Master!"

"Kali ini kau yang akan pergi bersama murid termuda."

"Baik."

Itu menyimpulkan diskusi didalam dojo.

Misinya dipercayakan kepada salah satu dari Geomchi.

* * *

"Tiket pesawat sudah didapatkan dan sisanya akan disediakan di lokasi. Seharusnya itu sudah cukup untuk perjalanan."

"Kapan aku berangkat?"

"Besok."

"Apa yang harus aku katakan pada murid termuda?"

"Tak perlu memberitahu dia yang sebenarnya, santai saja dan beritahu dia akan berangkat ke Pulau Jeju."

"Aku akan berangkat!"

Fakultas Virtual Reality terkenal akan tantangan­tantangan yang mereka keluarkan setiap tahun selama liburan. Dia tidak sadar akan fakta ini. Lee Hyun sibuk dengan akhir semesternya. Lee Hyun menyelesaikan masalah­masalah secara mati­matian.

‘Ini adalah yang ketiga kalinya. Ini gawat. Subjek skripsi tentang Royal Road yang ditulis oleh seorang profesor.’

Selain dari subjeknya, dia bahkan tidak ingat nama profesornya.

Banyak profesor dari Universitas Korea telah menerbitkan beberapa makalah tentang Unicorn Corporation, tetapi hal yang penting bukanlah nama­namanya melainkan isinya. Orang­orang yang bisa mengingat bagian itu bisa dengan mudah menyelesaikan masalahnya.

‘Aku nggak tau ini. Sudah tiga kali dengan dua yang lain nggak bisa kujawab.’

Dia tidak menghabiskan banyak waktu dalam menjawab.

Jawaban miliknya sangat pendek dan itu hanya secara akurat menjelaskan sebanyak yang diperlukan.

Lee Hyun berkata pada dirinya sendiri.

‘Aku nggak mengerjakan tugas apapun tetapi aku memiliki daftar kehadiran yang bagus. Itu tak akan buruk karena aku membuat para profesor terkesan selama MT jadi aku tak akan mendapatkan nilai F di pelajaran ini!’

Cukup memuaskan karena tidak menerima peringatan akademik.

Rencananya adalah bahkan jika nilainya buruk, asalkan itu bukan nilai F, dia tidak perlu mengulangi pelajaran ini.

‘Aku hanya perlu lulus.’

Itu adalah tujuan yang menempatkan dirinya didalam situasi yang sulit!

Lee Hyun menyelesaikan pertanyaan­pertanyaan ujian sebelum batas waktu habis.

Itu adalah ujian utama yang terakhir dan kemudian akan ada liburan.

Bagi para mahasiswa, liburan musim panas lebih dari 2 bulan lamanya.

‘Dalam waktu itu, aku hanya akan melakukan satu hal sederhana!’

Dia akan bermain Royal Road secara sungguh­sungguh untuk meningkatkan level.

Lee Hyun meletakkan peralatan menulisnya kedalam tasnya yang murah.

Kemudian pintu ruang kelas terbuka dan profesor Ju Jong Hoon masuk bersama asistennya.

Si asisten membawa banyak perlengkapan, sebagian besar adalah camcorder digital.

Semua itu adalah peralatan yang digunakan untuk merekam peristiwa­peristiwa untuk disimpan sebagai video!

Dengan perkembangan dari peralatan media digital, memory'nya bisa merekam rekaman sampai 10 hari.

Profesor Ju Jong Hoon berjalan ke podium dan berkata.

"Saatnya untuk pekerjaan rumah liburan musim panas tahun ini."

Para mahasiswa tampak bertele­tele karena mereka menantikan liburan musim panas setelah ujian akhir.

"Oh, sungguh merepotkan....."

"Tantangan lain? Apa itu sebuah tantangan tentang suatu formula matematika yang rumit, atau sesuatu seperti mengeluarkan sesuatu dari suatu mesin menggunakan kekuatan fisik?"

Banyak mahasiswa mulai menyuarakan kekhawatiran mereka.

Lee Hyun mulai khawatir.

‘Suatu tantangan yang tak diharapkan telah muncul.’

Dia tidak mengerjakan tugas apapun untuk mata kuliah. Namun, tugas ini tampaknya cukup berbeda dari yang lainnya.

Profesor Ju Jong Hoon mulai menunjukkan bagaimana caranya menggunakan comcorder.

"Kalian tau bahwa untuk menciptakan sebuah virtual reality kalian harus tau seperti apa itu untuk hidup dalam realitas kan? Tantangan tahun ini adalah untuk merekam dengan comcorder bagaimana kahidupan kalian selama masa liburan. Kalian bisa pergi ke kolam renang, mencari pekerjaan paruh waktu, bepergian. Apa saja terserah. Pastikan kalian merekam dengan camcorder kalian selama liburan kalian."

"......."

Ruang kuliah menjadi diam mencekam.

Lee Hyun menyadari setelah beberapa saat.

‘Apa kau benar­benar tidak peduli?’

Para mahasiswa mulai menebak apa yang diindikasikan Profesor Ju Jong Hoon.

"Agar kalian lebih mengenal satu sama lain, fakultas memutuskan tantangan liburan musim panas ini diwajibkan kali ini. Pendaftaran kalian dari kelas­kelas untuk jurusan kalian akan dibatalkan jika kalian tidak menyelesaikannya."

Untuk lulus dengan aman, tantangan ini harus diselesaikan!

Itu adalah sebuah tugas yang sangat sangat sangat sulit.

Selain pergi ke dojo untuk menjaga kekuatan fisiknya, Lee Hyun tidak berpikir tentang melakukan hal yang lain diluar Royal Road.
Orang­orang disekitar dia segera mulai berbicara satu sama lain.

"Keluargaku berencana pergi ke Phuket[1]... jadi aku bisa merekam disana."

"Kami berencana pergi ke Laut Kidul South Sea Resort[2] untuk beristirahat."

"Aku berencana untuk menghadiri kelas permodelan jadi aku bisa merekam disana."

Para mahasiswa sudah merencanakan bagaimana mereka akan menghabiskan liburan musim panas mereka. Sebagai mahasiswa tahun pertama di usia 20, mereka tidak ingin menghabiskan liburan musim panas pertama mereka secara menyedihkan.

Kemudian itu adalah saatnya untuk liburan yang telah lama ditunggu­tunggu!

* * *

Weed merasa seperti seekor anak ayam yang akan digoreng.

"Liburan yang kunanti­nantikan akhirnya datang."

Dia tidak butuh liburan yang mewah.

Dia akan menghabiskan waktunya di Benua Versailles untuk meningkatkan level dan skill mastery miliknya sambil menjelajah.

"Aku akan memulihkan stempel yang belum diberbaiki...."

Untuk memperbaiki Arpenian Imperial Seal dia harus meningkatkan skill miliknya. Dia harus menciptakan Masterpiece dan secara sengaja merusaknya sehingga dia bisa memperbaikinya.

Itu adalah sebuah skill yang sulit untuk dilatih karena skill itu membutuhkan keterampilan dan ingatan yang tepat.

Weed harus mencurahkan waktunya untuk menciptakan karya­karya.

"Aku harus merusaknya secara perlahan­lahan dan memperbaikinya sedikit demi sedikit."

Skill Sculpture Repair dianggap sebagai sebuah subskill. Meskipun itu sulit, level skillnya akan naik dengan cepat. Tujuan Weed adalah tahap Intermediate.

"Dengan begitu aku seharusnya bisa memperbaiki Stempel Arpenian. Tetapi...."

Weed memiliki perasaan gelisah didalam dadanya dan tak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya untuk memperbaiki patung­patung. Karena itu adalah sebuah quest dari Order tentang artifak yang hilang ada sedikit peluang dari orang lain menghancurkannya. Dia telah berusaha untuk memperbaikinya sekaligus namun tak berhasil.

"Kemarin, di kota, ketika aku didalam bis, apakah ada seseorang yang menggosok tiket lotre? Tentu saja tidak ada. Itu adalah pria di kamar kecil dengan kancing jaket terbuka dengan desain api padanya..."

Kemudian dia tiba­tiba mendapatkan sebuah ide yang bagus!

"Benar juga, sudah hampir waktunya perlindungan dari Order of Freya berakhir kan?"

Karena itu beberapa tahun, itu terasa sangat lama namun itu hanya 4 bulan di kehidupan nyata.

"Aku harus melihat.... status militer."

Weed membuka jendela informasi.

Kekutan Militer Provinsi Morata
Beginner Knight: 10

Rata­Rata Level: 219

Prajurit: 1.187

Rata­Rata Level: 45

Loyalty: 98%

Pelatihan: 79%


Level dari para Knight sangat rendah.

Pendisiplinan yang ketat diperlukan untuk mencegah para Knight pergi.

Para prajurit Morata memiliki kesetiaan yang tinggi, dengan pengecualian beberapa prajurit, level mereka menyedihkan dan mereka harus mencari bantuan dari pasukan pengamanan dan penduduk.

Tidak memiliki senjata perang.

Tembok Kota dalam keadaan sempurna.

Periode perlindungan yang dijanjikan dari Order of Freya berakhir lima hari lagi.
Hanya kurang lima hari lagi, perlindungan dari Order of Freya akan berakhir. Karena kontribusi publik miliknya, Weed bisa menemui Alveron.

"Aku ingin bertemu dengan Yang Mulia Kandidat High Priest."

Ada saat­saat memanggil dengan perhormatan yang tepat. Dia memiliki kedekatan yang tinggi dengan Alveron dari quest­quest yang telah dia selesaikan. Bagi dia, Alveron layaknya seorang teman. Tetapi karena kontribusi publik miliknya lah hingga dia bisa menemui Alveron.

"Tak terpikir bahwa Weed­nim akan mencari seorang Priest seperti diriku. Apa yang bisa aku bantu?"

"Ini adalah Morata kan? Tempat dimana Alveron dan aku menyelamatkan orang­orang dengan mengalahkan para vampir kan?"

Itu adalah hal yang bagus. Dibawah alasan menderita karena mengerjakan sebuah quest bersama­ sama kedekatan mereka akan meningkat.

"Dewi Freya telah meninggalkan tanda miliknya yang tak terlihat di provinsi Morata, cahaya harapan yang membawa kesejahteraan negeri dan kedamaian kan? Bagi Morata, dewi Freya adalah Dewi Harapan."

"Weed­nim, aku sangat bersyukur bahwa kau berpikir demikian."

"Itu cukup rumit untuk berkata begitu jadi aku akan berbicara secara langsung. Tolong perpanjang perlindungan Freya pada Morata."

Weed ingin mengatakan lebih banyak lagi. Namun, Alveron berbicara sebelum dia bisa melakukannya.

"Namun ini bukan di wilayah Selatan kan? Bahkan sebagai Kandidat High Priest Alveron, jarak ke Morata sangatlah jauh...."

Apa boleh buat, dia mencoba sekali lagi.

"Kita telah bertarung dan menumpahkan darah bersama­sama kan?"

Kekerabatan.

"Order of Freya memiliki banyak ajaran tentang kehidupan."

Ajaran.

Republik Korea memiliki sebuah ikatan yang tak terpisahkan untuk menarik keluar sesuatu, jadi Weed menggunakan ajaran sebagai alasan! Terutama karena Alveron yang teramat sangat jujur tak akan pernah menerima suapan.

"Aku minta maaf. Dewi Freya lebih dari sekedar ingin membantu. Namun ada orang­orang yang menderita disuatu tempat didalam situasi yang lebih sulit jadi para Paladin dan para Priest harus pergi di

hari yang dijanjikan."

Mereka telah makan bersama sebagai teman tetapi itu seperti Weed meminta dia untuk pergi membeli nasi tanpa memberi dia uang sepeserpun dan menolak, sebuah situasi yang tak bisa dihindari.

"Untuk melanjutkan perlindungan Freya pada Morata untuk periode waktu yang lebih lama lagi akan menggunakan biaya pencapaian yang kau miliki dengan Order of Freya."

Bergantung pada tingkat kontribusi publik, dia bisa mendapatkan equipment atau harta yang langka. Weed merasa itu sia­sia tetapi ini adalah pilihan terakhir miliknya. Morata memiliki perkembangan yang tinggi namun kekuatan militernya sangat lemah. Morata bahkan tak memiliki prajurit dan Knight yang cukup untuk bertarung dalam pertempuran yang sebenarnya. Alveron membuat tanda salib dan menunduk.

"Tak akan ada masalah jika itu adalah Weed­nim karena kau mencurahkan begitu banyak upaya pada Order of Freya, tetapi akan ada suatu kesulitan bahkan jika aku yang meminta. Berapa lama perpanjangan perlindungan Order of Freya yang kau inginkan?"

*Ding!*

Nilai poin publik dengan Order of Freya: 13.290

Untuk perlindungan dari Order of Freya, 110 poin publik akan dikonsumsi selama sehari.


Dia tak bisa berbuat apa­apa selain menggunakan nilai poin publik dalam jumlah yang besar untuk membuat Order of Freya mengerahkan kekuatan mereka yang besar dari para Cleric dan Paladin pada Morata.

Mata Weed mulai melembab. Dia telah berencana untuk menggunakan nilai poin publik itu untuk membeli senjata dan armor berlevel tinggi dari gereja.

"Alveron, aku ingin Order of Freya melindungi aku... selama mungkin."

Dia harus membelinya!

"Apa kau ingin Order of Freya melindungi Provinsi Morata menggunakan nilai poin publikmu?"

"Uh. Ya."

"Para Paladin akan tetap disini selama 120 hari lagi, tetapi karena Weed­nim memintaku secara pribadi aku akan meminta mereka tambahan 30 hari."

Alveron memberi dia bonus 30 hari!

Weed memeluk dia.

"Saudaraku!"

Order of Freya akan menjauhkan pasukan militer yang lain.

Tetapi waktunya semakin dekat.

* * *

Pagi berikutnya Lee Hyun mulai bersiap dan memasukkan camcorder kedalam tasnya.

"Pulau Jeju.... pulau impian. Resort terbaik! Aku tak bisa percaya bahwa aku pergi ke Pulau Jeju."

Ahn Hyundo menelepon dia. Mereka membuka dojo baru di Pulau Jeju dan ingin dia untuk melihatnya. Itu adalah hal yang bagus bagi Lee Hyun.

"Aku khawatir tentang apa yang harus aku rekam selama liburan tetapi tak terpikir bahwa itu adalah Pulau Jeju."

Pulau Jeju, bahkan ketika dibandingkan dengan orang lain, itu tak akan jauh dibelakang.

Itu adalah lingkungan yang alami dengan Gunung Halla biru cerah dengan kuda­kuda dan pantai yang bisa dia rekam.

"Ini adalah semacam kesuksesan. Nggak semua orang bisa pergi ke Pulau Jeju. Aku lebih baik membawa passportku."

Lee Hyun memasukkan passport miliknya kedalam tasnya.

Ahn Hyundo bilang bahwa dia membutuhkan passportnya untuk naik pesawat di bandara. Dia harus menulis dokumen­dokumen dan foto­foto untuk mengurus dia di dojo luar negeri. Biasanya orang akan curiga ketika mereka berpikir tentang hal itu, tetapi dia tidak memiliki sedikitpun kecurigaan.

Tiket pesawat, penginapan, dan makanan semuanya gratis!

"Oppa, jaga diri baik­baik."

"Ya, aku pasti akan membawakan oleh­oleh."

Adiknya mengantarkan Lee Hyun di Bandara Internasional Incheon.

Para pramugari tengah sibuk kesana kemari dan menunjukkan kepada para orang asing dimana bagasi mereka.

"Memang...."

Ini adalah dunia yang benar­benar baru bagi Lee Hyun.

Dia datang 30 menit lebih awal daripada waktu yang di sepakati dengan Choi Jong Bom.

"Jadi kau sudah disini."

"Ya sahyung, aku datang lebih awal."

"Apa kau membawa passport?"

"Passport?"

Lee Hyun bingung.

Dia tidak mengerti karena passport tidak diperlukan kecuali seseorang hendak meninggalkan Korea.

"Kau memerlukan passport untuk pergi ke Pulau Jeju?"

Choi Jong Bom dengan cepat menjawab.

"Kita memerlukannya untuk naik pesawat."

Lee Hyun hanya mengetahui secara kasar seperti apa itu naik pesawat.

Seseorang akan tau seperti apa itu jika mereka menonton drama atau film.

"Aku mengerti, jadi itu berbeda dari transportasi publik seperti bis dan aku tak bisa menaikinya begitu saja."

"Ini adalah pesawat."

Lee Hyun dan Choi Jong Bom tidak membawa banyak bagasi selain sebuah tas kecil. Lee Hyun memeriksa tiket yang dia miliki dan mereka mengatakan Kairo, Mesir.

"Sahyung!"

"Apa?"

"Pesawat ini akan menuju Kairo?"

Lee Hyun kira­kira pernah mendengar tentang Mesir sekali.

"Bukankah pesawat ini menuju Asia Tenggara?"

"......"

Penampilan diwajah­wajah para pejalan kaki yang lain terkagum­kagum.

‘Bagaimana bisa dia tidak tau?’

‘Apa dia bahkan tidak tau dimana Mesir itu?’

"Seperti yang kau tau, kita akan pergi ke Pulau Jeju."

"Tepat."

"Pesawat yang langsung ke Pulau Jeju sangat mahal."

"Jadi kau bilang bahwa... itu seperti naik bis dan berhenti di tengah perjalanan."

Hal ini terdengar amat sangat absurd bagi para tamu lain yang ada di pintu penumpang.

Untuk mengatakan bahwa untuk ke Pulau Jeju harus menjalani perhentian yang panjang di Mesir!

Namun, Choi Jong Bom tampak sangat garang dan memiliki mata yang mengintimidasi sehingga tak seorangpun memiliki keberanian untuk mengatakan kebenarannya. Jadi Lee Hyun ikut penerbangan ke Kairo.

Setelah pesawat lepas landas, petugas penerbangan mulai berjalan kesana kemari dan memberikan makanan dan minuman.
Mereka hanya melewati tempat dimana Lee Hyun dan Choi Jong Bom berada. Segera setelah mereka masuk kedalam pesawat, mereka tertidur nyenyak. Mereka berdua melintasi lautan melintasi Asia Tengah dan berada di pesawat yang menuju Kairo.

* * *

Bandara Kairo.

Musim panas di Korea sangat panas, tetapi itu tak bisa dibandingkan dengan Mesir.

Udara panas dan matahari yang menyengat menyebabkan keringat mengucur dikening mereka.

Tak ada tanda­tanda bahwa ini adalah bandara Korea karena hanya ada orang­orang Mesir yang mengenakan sorban. Dia tidak bodoh­bodoh amat untuk mempercayai ini adalah Pulau Jeju.

"Sahyung! Kupikir ini adalah tempat yang salah."

Ada kecurigaan yang dalam di mata Lee Hyun.

Dia telah tertidur nyenyak di pesawat berpikir bahwa dia akan ada di Pulau Jeju.

Kemudian bersama dengan orang­orang asing yang lain, mereka menjalani prosedur imigrasi.

Choi Jong Bom berkata.

"Ini hanya bagian dari kebenaran... ini adalah sebuah tradisi dari dojo untuk membuat para anggotanya pergi keluar untuk melihat dunia yang sebenarnya."

"......"

"Kami secara sengaja merencanakan perjalanan ini sejak lama."

Tak terpikir bahwa dia akan berada disuatu tempat seperti ini. Dari bagaimana hal itu dijelaskan, dia tak bisa marah pada Choi Jong Bom. Ada lebih banyak untuk mempelajari pedang selain hanya bagian fisik saja. Setiap sel di dalam tubuh harus hidup untuk memegang pedang.

Bepergian ke luar negeri untuk dengan tepat mempelajari jalan pedang! Bahkan setelah pergi dalam perjalanan, melalui masalah­masalah lain, tak ada yang perlu disesalkan.

Terlebih lagi, itu adalah perjalanan ke luar negeri. Dia tak punya sedikitpun kesempatan untuk melihat dunia diluar Korea.

Lee Hyun bertanya untuk memastikan.

"Ini.... gratis kan?"

"Tentu saja ini gratis."

"Whew."

Lee Hyun mengeluarkan desahan lega.

Bahkan jika itu sulit dan menjengkelkan, karena itu gratis dia tak bisa marah.

"Segalanya gratis jadi santai saja dan nikmatilah. Kuehahahahaha! Ini adalah sebuah perjalanan dan orang lain yang membayarimu, nikmatilah!"

"Kemana kita akan pergi sekarang?"

"Untuk sekarang ini, kita akan naik sebuah helikopter."

Sebuah helikopter sudah menunggu mereka di Bandara Kairo.

Mereka terbang melintasi udara yang kering dan pasir dari Gurun Sahara di Mesir untuk melihat bangunan­bangunan mempersona dari bata dan batu.

* * *

Afrika Utara.

Dua jeep sudah siap untuk Lee Hyun dan Choi Jong Bom.

Jeep itu terbuka dibagian atapnya dan memiliki tenda kulit yang bisa dibuka dan ditutup dengan mudah.

"Adik termuda." "Ya, sahyung?"

"Apa kau tau bagaimana caranya menyetir?"

"Aku tak pernah mengemudi sebelumnya, tetapi aku pernah mengendarai sepeda motor..."

Dia tidak punya SIM. Dia mengendarai sepeda motor untuk mengirim makan untuk sebuah restoran cina dulu.

"Bagaimana denganmu?"

"Tak masalah karena tak ada polisi lalu lintas, hanya saja jangan menabrak apapun." Choi Jong Bom masuk kedalam mobil.

"Mulailah."

Lee Hyun duduk di kursi pengemudi. Dia memasukkan kunci ke starter. Kua aaaaaaahahahahahahahang!

Mesin mobil itu menyala dengan sebuah suara yang mirip teriakan. Kendaraan off road roda empat untuk melintasi gurun!

Bahkan jika itu tidak tampak sangat mirip, jeep itu memiliki kekuatan yang besar.

Dibelakang kursi kemudi dipenuhi dengan makanan, air, minyak, tenda, dan bahan­bahan lain serta sebuah buku tentang afrika. Juga ada kotak­kotak obat berwarna putih yang tertumpuk.

"Yah, ayo mulai!"

Choi Jong Bom menyalakan mesinnya dan berangkat duluan ke gurun. Roda­roda mobil itu menghasilkan debu.

"Aku juga!"

Lee Hyun menginjak rem.

Mobilnya tidak bergerak dengan benar! "Pedal gas yang kanan atau yang kiri?"

Lee Hyun melepaskan kakinya dan menginjak pedal gas sebelah kanan. Mobil itu menyentak dan maju. Itu adalah sebuah medan fantastis bagi seorang pengemudi pemula.

Tak ada jalur dan kau bisa pergi kemanapun sesukamu.

Mereka melintasi banyak gundukan pasir, kalajengking gurun, dan bahkan sebuah oasis. Angin bercampur dengan pasir saat kedua mobil bergerak maju berdampingan.

Taaaaaaaang!

Dodododo.

Sekelompok orang menunggangi kuda dan menembakkan senjata.

Lee Hyun mengendarai jeep bersama Choi Jong Bom.

Lee Hyun bertanya melalui transceiver.

"Sahyung, siapa mereka?"

— Kalau bukan para bandit, ya anggota milisi. "Akankah mereka menyerang kita?"
— Tak apa­apa. Dojo sudah menghubungi tempat ini. Mereka tidak akan secara sembarangan menyerang mobil yang ditandai.

Mobil Lee Hyun memiliki sebuah bendera berpola berwarna merah.

Pasukan berkuda itu tidak menyerang seperti yang Choi Jong Bom bilang, tetapi mereka mendekat. Kedua jeep melakukan perjalanan sepanjang gurun dan mereka melihat para pengelana menunggangi unta. Lee Hyun mengeluarkan camcorder untuk merekam penunggang itu didalam mobil. Rumah­ rumah dibangun dengan lumpur dan jerami di kota pertama dimana dia bertemu anak­anak yang kurus. Anak­anak itu memiliki kulit hitam dan mereka bermain bola, dia bisa merasakan kurangnya vitalitas dalam ekspresi mereka! Lee Hyun dan Choi Jong Bom pergi untuk menemui dokter didesa itu untuk mengantarkan buku­buku dan kotak­kotak obat.

"Bagus... tanda tangan disini."

"......"

Si dokter berterimakasih pada mereka saat dia menerimanya.

Seorang wanita tua berjalan mendekat dan memberi mereka sebuah kalung terbuat dari kayu dan batu untuk bantuannya.

Lee Hyun bertanya.

"Kapan hal ini dimulai?"

"Master datang berkeliling Afrika sekitar 15 tahun yang lalu."

"Untuk pengobatan berapa banyak orang kotak­kotak ini?"

"Sekitar 600 orang mungkin?"

"Sebanyak itu?"

"Di Korea, hampir semua obat­obatan menggunakan botol, tetapi disini ada anak­anak yang sekarat dimana­mana."

Di tenda rumah sakit kecil itu ada barisan anak­anak.

Semua anak yang berbaris itu yang menerima suntikan vaksinasi berterimakasih pada para dokter.

Anak­anak dari kota sebelah akan datang untuk mendapatkan vaksinasi dan kemudian kembali.

Kemudian desa kedua dan lalu desa ketiga.

Didesa tersebut, desa­desa lain menerima perawatan saat mereka berbagi obat.

Ada orang­orang yang mencari penyusup tetapi tak banyak orang luar yang datang sejak waktu yang

sangat lama mereka tinggal di bukit yang tinggi.

"Sahyung, daratan gurun sangat sulit."

"Medan berbatu hancur dan itu sangat mirip dengan gurun pasir dari Gurun Sahara. Ini belum seberapa dibandingkan dengan luasnya seluruh wilayahnya."

Choi Jong Bom mengetahui tentang dunia.

Pasir dari Gurun Sahara berbeda dari yang diduga karena itu adalah lautan pasir tanpa ujung. Tetapi daratan ini ditutupi oleh pasir. Mereka tak akan tenggelam sangat dalam karena ada kerikil dan batu dibawahnya. Ada banyak pepohonan besar disekitar dan semak­semak serta batu­batu seukuran rumah dikejauhan. Sekali kunjungan ke Afrika bisa menyelamatkan ribuan nyawa!

Tiga hari setelah mereka mulai, mereka kembali ke gurun dan mereka dikawal oleh anggota milisi bersenjata. Saat mobil melintasi bukit, dia menatap cakrawala dan kemudian tubuhnya mulai gemetar keras. Dimalam hari suhunya secara tiba­tiba jatuh sehingga dia membutuhkan kain yang tebal beberapa lapis. Lee Hyun menempatkan air untuk dipanaskan di panci saat dia menyalakan kompor. Dibawah cahaya dari Milky Way[3], dia meminum secangkir kopi di gurun!

"Gula beberapa sendok makan."

Lee Hyun menyalakan radio untuk mendengarkannya.


Ada talk show dalam bahaya yang tak diketahui dan segera musiknya mulai dimainkan. Dia telah mendengarnya beberapa kali di Korea dan itu adalah lagu "Dialogue of Eyes" milik Jeong Hyo Lynn versi English.