LMS Vol 18 Chapter 3 Bahasa Indonesia


Volume 18 Chapter 3 ­ Sayap  


Mereka melintasi gurun, sungai, dan padang rumput di selatan.

Untuk melintasi perbatasan dari Afrika ke negara­negara lain, kau harus membayar biaya masuk untuk lewat yang mana cukup mahal. Di perbatasan dari gurun ada dua aliran sungai yang didatangi oleh hewan­hewan untuk meminum air. Ada segala macam mahluk hidup dari kerajaan hewan seperti antelop, zebra, cheetah, serigala, banteng, monyet, dan rusa. Langit dipenuhi dengan kawanan burung yang memiliki bulu berbagai warna. Choi Jong Bom berkata pada Lee Hyun.

"Ini sangat menakjubkan. Ini seperti sebuah kebun binatang besar."

Hewan­hewan di alam liar!


Lee Hyun mengangguk.

"Tepat seperti yang kau katakan."

Burung gereja yang hinggap ditiang telepon bahkan tak bisa dibandingkan dengan semangat hewan yang dia rasakan dari hewan­hewan seperti burung bangau merah muda. Jeep itu aman dari serangan­ serangan binatang karena jeep itu terbuat dari baja yang diperkuat, tetapi mereka tetap harus berhati­ hati agar kendaraannya tidak terbalik.

Lee Hyun melaju di medan yang kasar bersama dengan Choi Jong Bom. Mereka tak merasa lelah melihat hewan­hewan itu. Kebanyakan dari hewan­hewan itu di Korea dikurung dalam kandang, tetapi disini ada para herbivora yang memakan rumput dimana­mana. Ada jerapah­jerapah yang melihat sekeliling dengan lehernya yang panjang untuk mengawasi bahaya dari para binatang buas. Para singa lapar yang mencari mangsa tengah berkeliaran. Para buaya berenang di sungai.

Pada malam hari mereka akan tidur didalam mobil.

Kuuueng! Kuuuueng! Kuuueng! Kueng! Kueng!

Kihaaaah!

Itu mengejutkan karena para binatang liar berlarian sambil berteriak­teriak dengan ribut. Malam hari di Afrika sangatlah berbahaya.

Mereka pergi untuk mengantarkan obat­obatan pada desa­desa orang Afrika di padang rumput yang luas. Mereka pergi ke kota­kota yang lebih besar untuk mengantarkan persediaan­persediaan ke tempat­tempat lain. Lee Hyun kemungkinan akan senang dengan apa yang dia lakukan tetapi ada sesuatu yang mengganjal dibenaknya. Datarannya sangat indah, karena ada banyak binatang, tetapi dia menyadari sifat menyakitkan yang sejati adalah seberapa dalamnya kemiskinan yang berakar pada orang­orang. Afrika adalah tempat tinggal minoritas terbesar didunia dan tak seorangpun tau berapa banyak anak­anak yang kelaparan di tempat seperti ini.

Sepasang sepatu yang dibeli di Korea akan cukup untuk menyelamatkan hidup dari 10 anak di Afrika.

‘Namun, aku tidak menderita apa­apa. Aku harus bercermin pada hal ini. Mulai dari sekarang aku harus mengerahkan lebih banyak upaya dan bekerja lebih keras lagi.’

Bukannya mengeluh tentang masa lalunya, motivasi sejatinya adalah untuk masa depan.

Kehidupan, kodrat, nasib, dan impian.

Dari melihat kehidupan di Afrika, dia meluangkan waktu untuk memikirkannya.

Dunia memang tidak adil.

Ketika beberapa orang sedang tertawa sambil menonton TV, ada banyak orang diluar sana yang sakit, kelaparan, dan sekarat.

SD, SMP, SMA, kuliah.

Mereka tidak menerima edukasi dan tak bisa bermimpi melakukan sesuatu sebagai orang dewasa.

Perjalanan!

Awalnya dia tidak mau pergi kemanapun, tetapi sekarang dia tidak menyesalinya untuk pergi. Sudah empat hari sejak mereka berada di Afrika.

Diakhir hari itu, mereka akhirnya mencapai kota tujuan mereka.

Lee Hyun melepaskan masker wajahnya yang dipenuhi dengan pasir. Ada banyak debu di rambut dan sekujur tubuhnya.

"Sahyung, dimana ini?" "Ini adalah pusat Afrika."

Di pusat Afrika ada banyak gedung­gedung besar dan toko. Ada banyak turis sehingga ada kestabilan ekonomi dan bisnis kota dalam perdagangan multinasional.

"Kita sudah menyelesaikan pengantaran semua obat­obatan, jadi sisanya adalah waktu bebas. "Aku akan mandi."

Lee Hyun dan Choi Jong Bom pergi ke sebuah hotel untuk membersihkan diri mereka dengan mandi. Kemudian mereka melakukan tur kota Afrika.

Ada orang­orang hitam yang masuk dan berada disekitar gang dari perkampungan­perkampungan kumuh.

Para turis dari seluruh dunia bisa dijumpai disini di Afrika.

Kota itu memiliki keamanan yang sangat bagus tetapi orang­orang berhati­hati untuk tidak terlalu dekat dengan Lee Hyun dan Choi Jong Bom. Dari cara mereka melihat dan berpakaian, mereka tampak seperti sekelompok bandit gurun.

Hari berikutnya mereka naik pesawat.

Mereka pergi ke utara dari Afrika menuju ke Eropa. Sehingga mereka harus melintasi samudra. "Kemana kita akan pergi sekarang?"

Lee Hyun menanyai Choi Jong Bom yang membawa sebuah tas parasut. "Kita akan kesini."

"Ya?"

"Setiap pria sejati harus mencoba terjun payung sekali kan?" Lee Hyun menatap keluar jendela dari pesawat.

Rumah­rumah di Eropa tampak seperti titik­titik kecil dan jalanannya tergambar seolah­olah kabur. "Aku tak pernah terjun payung sebelumnya."

"Kau akan merasakannya."

Mereka menerima pengarahan singkat dari seorang instruktur Perancis tentang bagaimana caranya melompat.

Beruntungnya pria itu juga mempelajari pedang dari dojo sehingga dia bisa menjelaskannya dengan cepat dalam bahasa Korea.

"Buka!"

Pintu hangar dari pesawat itu terbuka, menyebabkan seluruh tubuh mereka berguncang karena angin yang berhembus pada mereka.

Choi Jong Bom berteriak.

"Aku akan pergi duluan!"

Choi Jong Bom melompat keluar dari pintu hangar secara menakjubkan dan mulai jatuh kearah tanah. Berlari secepat yang dia bisa, Lee Hyun melompat keluar dari hangar pesawat.

Pada saat itu.

Dia berada di tengah­tengah langit biru.

Dia bisa merasakan angin berhembus melewati tubuhnya saat dia turun kearah tanah.

Itu seperti ketika dia turun dari City of Heaven, Lavias!

Dengan seluruh tubuhnya jatuh dalam secara bebas, dia merasa seperti dia memiliki kebebasan untuk pergi kemanapun.

Hotel bintang lima di Paris, Perancis.

Lee Hyun dan Choi Jong Bom menginap di sebuah kamar yang paling atas. Setelah mereka masuk bersama karyawan hotel, staf hotel menampilkan penampilan aneh pada mereka. Mereka telah salah paham karena ada banyak orang gay di Korea dibandingkan dengan Eropa.

"Ayo minum!"

Hotel yang mereka tempati di Perancis dilengkapi dengan ruang wine.

Choi Jong Bom melemparkan tasnya kesamping dan mengeluarkan pisau tangan dan menancapkannya pada wine berkualitas tinggi. Dia tidak tertarik menggunakan pencabut sumbat botol. Kemudian dia menuangkan wine dingin ke gelas dan meminumnya.

"Ah, sungguh menyegarkan! Apa ada wiski atau soju disini?"

Sebagai seorang pria Korea tipikal, dia menyukai meminum soju.

"Tak ada yang seperti meninum soju!"

"Ya. Itu bagus untuk menjadi jujur! Bukankah ada beberapa siswa SMP dan SMA yang meminum wine? Soju adalah yang terbaik."

Mereka tak bisa memahami rasa dan aroma dari wine.

Itu hanya pahit!

Bagi Choi Jong Bom, dia tak bisa menikmati minum wine karena itu tidak disukai.

"Aku tak mengerti kenapa ini mahal sekali. Ini adalah minuman yang terburuk."

Mereka telah menghina semua pecinta wine diseluruh dunia!

Disisi lain, soju nikmat bersama makanan seperti babi dan diminum bersama teman, serta menciptakan suasana yang lebih ramah.

"Soju sangat enak di negara manapun."

Lee Hyun dan Choi Jong Bom pergi ke teras yang menghadap ke Menara Eiffel sembari mereka meminum alkohol. Kedua pria itu semakin menikmati alkohol mereka karena hal itu tidak mengeluarkan biaya apapun. Diluar jendela ada Sungai Seine dan bangunan­bangunan bersejarah dari Paris.

Di Eropa ada pepatah mengatakan bahwa Paris memiliki jalanan yang paling indah. Di lobi hotel ada patung­patung dan lukisan penuh warna yang cerah di setiap koridor. Bahkan alkohol dari mesin pendingin memiliki perasaan yang eksotik didalamnya. Choi Jong Bom memutar­mutar botol minuman keras saat dia berkata.

"Daripada merasa terkurung dan menonton TV, bagaimana kalau kita berjalan­jalan di Perancis."

"Baiklah."

"Ambil parasut."

"Ya."

Ada sebuah film yang dimainkan di TV yang populer di Eropa dan Amerika. Hotel bintang lima juga memiliki siaran China dan Jepang, tetapi varietas dari acaranya tidak memiliki banyak acara­acara profesional Korea. Lee Hyun mengambil camcorder bersama dengan pasrasutnya. Segalanya akan direkam oleh camcorder itu.

"Huhuhu."

Choi Jong Bom mengeluarkan tawa jahat didepan kamera saat dia berjalan ke teras.

"Kau berjanji bahwa kau akan menginap di hotel bintang lima. Ayolah, ayo pergi."

Mereka tidak membutuhkan elevator. Choi Jong Bom secara dramatis melompat dari teras. Itu tampak seolah­olah dia ingin melakukan tindakan bunuh diri. Satu­satunya hal yang lain adalah langit malam di Paris.

"Jadi pengalaman­pengalaman seperti ini adalah bagian dari perjalanan."

Lee Hyun dengan cepat mengikuti dia. Dia menaiki pagar pembatas dan melompat ke tanah. Dia segera menarik parasutnya dan dia turun perlahan­lahan ke tanah di langit malam dari Paris. Hotel tempat mereka menginap sangatlah tinggi jadi dia bisa melihat pemandangan Paris. Namun, dia perlahan­lahan semakin dekat dengan tanah! Karena Choi Jong Bom lebih berpengalaman menggunakan parasut, dia sampai di tanah terlebih dulu. Orang­orang sedang menatap mereka karena mereka tiba­tiba turun dari langit. Kemudian seorang wanita Perancis yang cantik mendekati mereka. Dia bertanya dengan bahasa aslinya.


"Tu es d'ou (kalian dari mana)?"

Choi Jong Bom tidak bisa bahasa Perancis. Tentu saja dia juga tidak bisa bahasa Inggris.

Dia melirik kearah Lee Hyun, yang berada dalam keadaan yang sama.

"......"

Mereka terjebak dengan ekspresi membeku.

Untuk memasuki sebuah universitas, GED diperlukan untuk memiliki keahlian dasar dalam bahasa Inggris.

Mereka adalah orang Korea dan tidak mempelajari bahasa asing manapun sehingga mereka tak bisa memahami si wanita Perancis itu. Lee Hyun memutuskan untuk mengabaikan dia.

"Sahyung, ayo pergi makan hot dog."

Dia datang untuk membantu Choi Jong Bom keluar dari situasi tersebut.

"Tentu. Bagaimana kalau disebelah sana?"

Mereka mengabaikan wanita Perancis yang cantik itu dan malah pergi ke kios hot dog.

Clap clap clap!

Pejalan kaki terdekat mulai bertepuk tangan pada mereka.

Mereka ingin memberi selamat pada mereka karena telah turun menggunakan parasut.

Mereka berkeliling seperti para turis biasa sepanjang hari.

Mereka pergi ke Istana Versailles, Taman Luxembourg, Place de la Concorde, dan Bastille Opera House. Menggunakan atraksi sebagai latar belakang, Choi Jong Bom mengeluarkan sebuah pose dan mengungkapkan otot­otot dilengannya.

"Siap. Satu dua tiga!"

Click!

"Sekarang kau giliranmu, lakukanlah."

"Ya."

"Oke. Sekarang mulai."

Sebuah poto perjalanan yang biasanya!

Mereka akan meminta beberapa orang Perancis atau para turis lain untuk mengambil satu atau dua foto bersama mereka. Mereka kemudian akan sibuk memakan hot dog di jalanan Paris yang elegan.

"Hot dog sangat enak di Paris."

"Ini sangat nikmat. Bagaimana kalau kita makan daging babi di sore hari?"

"Ya, daging babi kedengarannya bagus juga."

Setelah makan dengan puas di sore hari, mereka pergi ke Jerman. Dojo telah datang duluan dan menyewakan mereka sepeda motor.

"Mari kita lihat kemampuan dari motor jalan tol produksi Jerman."

Motor jalan tol!

"Ada area peristirahatan disekitar sini kan? Dimalam hari, mie dan kentang panggang kedengarannya enak."

Kemudian mereka pergi ke Belanda untuk menaiki motor boat berkecepatan tinggi dan kemudian mereka menyelam kedalam laut. Mereka mengeksplorasi dasar laut dan melihat ikan­ikan. Kemudian mereka pergi ke Kerajaan Inggris untuk menonton sepakbola. Ada banyak turis dan mahasiswa Korea yang mereka dengar dari waktu ke waktu. Di Pantai Croyde di Inggris saat angin kuat berhembus karena badai.

"Ini adalah cuaca yang bagus."

"Cuaca ini adalah hal yang bagus?"

Ada awan gelap di langit dan itu tampak seperti akan hujan setiap saat. Itu adalah semacam cuaca dimana kau tak akan terkejut jika petir menyambar secara tiba­tiba.

"Menurut Master, aku harus membawamu berselancar."

Lee Hyun dan Choi Jong Bom berganti pakaian renang. Di pantai itu ada banyak orang yang melihat gelombang­gelombang. Setiap kali badai menerjang, gelombang­gelombang itu ukurannya akan meningkat secara tiba­tiba. Badai itu yang sedang menerjang rupanya badai yang kuat yang datang setiap sepuluh tahun sekali. Gelombang­gelombang yang besar dan tinggi meluncur ke pantai.

"Apa kau tak pernah berselancar sebelumnya?"

"Ya."

"Seharusnya itu cukup mudah meskipun ini adalah pertama kalinya bagimu. Pikirkan itu seperti menukik dan kau seharusnya bisa melakukannya seperti orang lain."

Ada beberapa orang yang mencoba untuk berselancar digelombang­gelombang itu. Choi Jong Bom dan Lee Hyun berusaha untuk mengingat perilaku dan tindakan mereka dalam pikiran mereka saat mereka berjalan dengan hati­hati. Berjalan di pantai adalah kedua orang Asia itu yang memegang papan seluncur. Biasanya seseorang akan mengenakan pakaian berseluncur untuk mengurangi jumlah hambatan air. Namun mereka membiarkan tubuh bagian atas mereka sepenuhnya terbuka. Satu­ satunya hal yang mereka butuhkan adalah tubuh bagian atas mereka yang berotot yang mereka kembangkan secara sungguh­sungguh. Hal itu cukup menarik mata bagi orang­orang Inggris untuk melihat orang Asia seperti Choi Jong Bom.

"Pergilah duluan."

Choi Jong Bom menadahkan papan seluncurnya ke laut dan berusaha untuk berseluncur. Namun gelombang yang terus menghantam membuat dia tak bisa melakukannya. Pemandangan dari Lee Hyun yang mengikuti memberi keberanian yang lebih besar pada kerumunan orang. Berenang adalah salah satu dari favorit Republik Korea dimasa lalu. Semua orang tau bagaimana melakukan beberapa bentuk dasar berenang! Dia menadahkan papannya dan mulai menggerakkan tubuh, tangan, dan kakinya mati­matian.


"Tak terpikir aku akan melakukan hal ini di Kerajaan Inggris!"

Angin kencang dan hujan ringan mulai menciptakan gelombang melawan tubuhnya. Gelombang­ gelombang yang setinggi beberapa meter menghempaskan dia dan papan seluncurnya menyebabkan dia tenggelam didalam laut yang asin. Faktanya, itu sulit untuk bergerak karena tekanan air dari

gelombang laut. Segera setelah dia berpegangan pada papan seluncur, gelombang lain akan menghantam dia. Hal ini berulang 12 kali saat gelombang­gelombang setinggi beberapa meter terus menghantam dia secara brutal.

"Sialan."

Lee Hyun jengkel.

"Ini seperti saat aku mandi di penampungan air perumahan di malam berbadai itu!"

Sebagai seorang anak kecil tak banyak yang bisa dia mainkan tanpa mengeluarkan uang. Sebagai seorang anak, dia akan menghabiskan waktunya berusaha untuk menangkap kodok dan udang karang dari parit dan saat dia menjadi semakin tua, dia akan berusaha menemukan hal­hal yang lebih baik untuk dimakan.

Penampunan air terdekat!

Itu adalah sebuah tempat yang terkenal buruk karena dalam setahun kira­kira 3 sampai 5 orang tenggelam disana. Hujannya lebat di hari itu, Lee Hyun pergi dan berusaha menangkap ikan dengan tangan kosong di penampungan air tersebut jadi tak mungkin dia akan menyerah pada laut Kerajaan Inggris.

"Di Republik Korea lebih dari 100.000 orang berenang di seluruh negara! Perairan Inggris bukanlah masalah besar."

Dia maju untuk menantangnya sekali lagi!

Lee Hyun mencoba lagi dan lagi.

Gelombang­gelombang terus semakin besar tetapi gelombang itu tak pernah membawa dia kembali ke tepi.

"Berani­beraninya gelombang­gelombang ini melakukan hal ini... Aku Choi Jong Bom!"

Mata Choi Jong Bom membara dengan kehendaknya saat dia terjatuh.

Awalnya dia berusaha menikmati gelombang­gelombang itu tetapi sekarang itu adalah sebuah tantangan. Otot­otot tubuh bagian atasnya basah karena air dan berminyak karena keringat. Dia menggunakan kekuatannya untuk meraih papan seluncur dan melompat. Dia mengulangi hal ini untuk berusaha masuk kedalam gelombang. Melalui kegagalan­kegagalannya, Lee Hyun menyadari konsepnya.

‘Jadi daripada menekan masuk pada gelombang... itu mungkin akan lebih baik untuk mengikutinya?’

Jadi dia harus mengapung tanpa melawan aliran gelombangnya.

‘Aku bisa melakukannya. Anggap saja seolah­olah aku sedang menunggangi para Wyvern...’

Indra bertahan hidup milik Lee Hyun.

Dibandingkan dengan kecepatan para Wyvern yang cepat di lembah, gelombang itu lebih normal. Kau harus memahami sifatnya agar berhasil. Dia harus beradaptasi. Dia teringat penerbangannya dipunggung para Wyvern. Bertarung diatas punggung Wyvern. Lee Hyun mulai naik keatas gelombang dengan papan seluncurnya dan berusaha mendapatkan keseimbangan. Kemudian dia berdiri diatas

gelombang yang mirip tembok dengan papannya.

"Kya hahahahahahaha!"

Lee Hyun tertawa keras­keras.

Kemudian dia akhirnya sampai pada perhentian.

"Aku adalah orang yang menaklukan badai!"

Lee Hyun mulai berteriak keras­keras dan berulang kali. Dia sepenuhnya tenggelam didalamnya. Choi Jong Bom diberkahi dengan kemampuan atletik dan terlatih dengan baik sehingga dia sudah berada diatas gelombang. Orang­orang ini sedang meluncur bersama gelombang dalam badai dari Kerajaan Inggris! Ada seorang wanita Inggris di pantai memegang camcorder milik Lee Hyun dan merekam pemandangan itu. Sebelum Lee Hyun berselancar, dia memberikan camcorder itu pada si wanita untuk merekamnya. Setelah beberapa saat dimalam hari, mereka mengadakan pesta pantai dengan bir di sebuah toko.


"Hot dog Eropa sangat enak."

"Sausnya juga lezat."

Lee Hyun dan Choi Jong Bom mulal minum bir dengan senang hati dan tidur.

"Waktunya untuk pergi ke bagian lain dari Eropa untuk pergi ber­ski."

Mereka berdua pergi ke Pegunungan Alpen untuk ber­ski.

Ada sebuah usaha ski yang dibuka secara resmi tetapi tak seorangpun yang datang karena itu adalah tantangan yang edan! Itu karena orang­orang yang pergi tak bisa menemukan jalan kembali ke penginapan. Kemudian mereka mengunjungi Red Square[1].
"Jadi ini adalah Red Square."

"Segala macam orang ada disini."

Mereka sejenak mengapresiasi situs­situs bersejarah. Kemudian mereka naik kereta antar benua ke Moscow dan kemudian China. Lalu setelah kunjungan sebentar di China, mereka berencana untuk kembali ke Korea naik pesawat.

"Aku membeli beberapa telur... dimana kimbap?"

Telur rebus adalah kebutuhan yang diharuskan untuk perjalanan kereta. Mereka pergi ke tempat terbuka untuk tidur. Mereka melihat tundra membeku yang dilewati. Lee Hyun melihat keluar jendela dan tak bisa berkata apa­apa.

Dia telah bertemu segala macam orang dari Afrika sampai Asia Tengah. Matahari yang panas, pasir, angin, dan perairan Timur. Budaya Eropa dan bangunan­bangunan bersejarahnya sangat hebat. Patung­patung dan lukisan­lukisan memancarkan perasaan seperti kehidupan. Untuk berpikir dia hanya tinggal di sebuah kota kecil dan dunia sebesar itu ternyata ada adalah kejutan yang sangat besar bagi Lee Hyun.


‘Dataran seluas ini.’

Republik Korea tak bisa dibandingkan dengan sebuah negara seperti Rusia. Harga real estate dikota­ kota melonjak dari ledakan ekonomi.


‘Tak terpikir bahwa ada tempat seperti ini di bumi....’