High Avatar Chapter 13


Pergi Meninggalkan Quest


1 Jam, 5 Jam, 10 Jam...

Didalam Black Florest pertempuran sedang terjadi. Sudah 5 jam sejak mulainya pertarungan, namun masih belum terlihat siapa yang akan menjadi pemenang.

Pemimpin party adalah Ibrahim, mengikuti arahannya 200 pemain menyerbu menyerang Orc dan Goblin yang berada didalam hutan. Saat para pemain mengurung, dan mengelilinginya. Para Orc dan Goblin mereka mengeluarkan teriakan marah mereka.

"Manusia!"

"Manusia bodoh! Kalian datang untuk mati!?"

"Kita sudah membunuh puluhan dari mereka, Gagagaa..."

Para Orc dan Goblin berbicara. Tapi Ibrahim hanya tersenyum, melihat pertempuran yang terjadi. Melihat anggota party-nya terbunuh dia sepertinya tidak peduli, hanya mengamati dari belakang.

"Dengar, kalian tau mereka hidup berkelompok, kan?" teriak Ibrahim

"...Kalian harus memancing mereka berpisah dari kelompoknya, lalu menyerangnya!" lanjutnya.

"Roger!"

"Kita harus hati-hati. Kita tidak bisa membiarkan mereka melawan kita sekaligus."

Sesuai intruksi Ibrahim mereka melakukan tugas memancing Orc dan Goblin berpisah dari kelompoknya.

"Sini kau, makhlik buruk rupa!" teriak salah satu pemain menyerang.

"Gagagaa! Manusia bodoh, aku akan membunuhmu!"

***

Disisi Anonim dan kelompoknya, mereka sedang menghadapi lima  Goblin dalam sebuah pertempuran sengit. Anonim telah menewaskan satu Goblin oleh pedangnya, dan tersisa empat lagi.

Dia melawan Goblin lainnya, sementara tiga sisanya sedang berhadapan dengan Fatty, Asia dan Qilin. Jika dia membunuh mereka semua, rekan-rekannya hanya akan mendapatkan EXP yang sedikit.

Pembagian EXP dalam party bila kamu membunuh monster, maka 40% EXP akan menjadi milikmu, sementara sisanya 60% EXP yang didapatkan dari membunuh monster akan dibagi rata dengan anggota party-mu.

Nah bayangkan, jika party beranggota 200 pemain seperti saat ini. Berapa EXP yang akan kamu terima jika kamu bukan orang yang membunuh monster tersebut?

Itu sebabnya Anonim membiarkan Fatty, Asia dan Qilin menangani monster lainnya, agar mendapat EXP yang cukup bagi mereka.

Para Goblin menyerang dalam kemarahan untuk membalas kematian teman-teman mereka.

Anonim melihat pedangnya, ketahanannya tersisa 5/80. Menggingat pedang pemberian NPC Greg ini selalu dia gunakan, sepertinya daya tahan senjata tersebut telah berkurang banyak, butuh perbaikan di toko Blacksmith.

"Saatnya berganti senjata."

Anonim mengembalikan pedangnya ke penyimpanannya, dan mengambil pedang lainnya yang dia dapatkan dari drop Elite Grey Snake saat berburu bersama rekan-rekannya dahulu.

Anonim mencengkram pedangnya dengan erat dan berlari menerjang kedepan. Menengayunkannya kearah Goblin dihadapannya. dan menebasnya. Tak perlu dikatakan, tebasannya mengenai sasaran.

Critical Hit!

Anonim bergerak dengan sangat cepat. menyerang Goblin tersebut tanpa ampun berulang kali.

"Ugh!"

"Manusia sialan, itu sakit!"

Langkah kaki Anonim sangat ringan. Setiap kali tubuhnya bergoyang, sebuah tebasan menghantam bagian belakang Goblin tersebut. Pergelangan kaki dan pinggangnya bergerak sesuai kehendaknya memberi kekuatan pada pedangnya, secara berurutan menyerang Goblin tersebut tepat sasaran.

Kugh!

"Manusia kurang ajar, dia menyerang pantatku yang seksi berulang-ulang!" Goblin itu berteriak kesakitan.

Anonim sangat menikmati teriakan Goblin tersebut. Senyum melayang diwajahnya. Anonim dan Goblin saling menyerang satu sama lain, tetapi Goblin saat ini dipenuhi dengan rasa sakit atas serangan Anonim.

Sementara itu, Qilin dan Asia dengan cepat merapal mantra sihir dan menembakkan kearah para Goblin, dan Fatty mengikuti meyerang dengan pedangnya. tanpa harapan didepan mata mereka, para Goblin tak berdaya tengah dihajar tanpa ampun, namun mereka masih hidup.

"Wind Blade!"

Pedang milik Fatty, terselimuti oleh angin yang tampak sangat kuat, mengarah pada leher Goblin, dan menebasnya.

Wushhh!

Itu salah satu skill Knight, adalah skill andalan Fatty yang selalu dia gunakan. Skill ini mengabaikan pertahanan musuh. Menargetkan area vital dan berdampak fatal bagi lawan yang terkena serangannya, memberikan damage yang besar pada musuhnya. Satu-satunya kekurangannya adalah bahwa itu mengkonsumsi jumlah MP yang besar.

Critical Hit!

Disi lain Qilin tidak ketinggalan meyerang para Goblin, merapalkan mantra-mantra sihirnya.

"Fire Ball!" dia berteriak.

Sebuah bola api melesat diudara, dan menyerang para Goblin dengan elemen api yang fatal bagi mereka. Efek samping dari mantra ini adalah untuk menekan mundur musuh, memberikan para petarung jarak dekat waktu istirahat yang berharga untuk mengatur napas mereka.

"Healing Light! Recovery!"

Dari belakang dengan mantra penyembuhnya, Asia dengan cepat membantu memulihkan HP dan MP teman-temannya yang telah habis.

"Wahai kekuatan suci! berikan perlindungan pada teman-temanku. Perkuat mereka dari kekuatan jahat. Blessing!"

Kemudian Asia merapal mantra blessing untuk meningkatkan defense dan strength. Dan setelah Asia menyelesaikan mantranya, dia berkata kepada mereka.

"Statistik kalian telah meningkat, sekarang akan lebih mudah melawan para Goblin."

Anonim mendengar perkataan Asia. mengangguk. "Inilah yang aku suka jika memiliki seorang Priest dalam anggota party." pikirnya dalam hati sangat puas.

Para Priest, Cleric dan class penyembuh lainnya sangat dihormati dan dihargai dimanapun mereka berada, dan selalu akan diundang dalam sebuah party. karena kemampuan penyembuhan mereka yang bisa membantu pemain lain. Terlepas dari level skill mereka, party manapun pasti akan mengajak mereka bergabung.

Seperti Asia, walaupun sedikit rendah dalam levelnya, dia telah mempertajam skill-skillnya dan merupakan aset yang diperlukan dalam membantu anggota party-nya saat berada dalam krisis.

Segera setelah HP dan MP mereka kembali pulih, mereka mulai melakukan serangan kembali terhadap para Goblin.

"Kueeek!"

Mungkin karena merasa nyaman mengetahui bahwa ada seseorang yang selalu membantu dibelakang punggung mereka untuk peyembuhan. Serangan mereka tak bisa dihentikan dan menghabisi para Goblin dalam sekejap mata.


*Ding!*

Kamu telah membunuh Goblin!


Para Goblin akhirnya tewas dengan sebuah teriakan kematian. Anonim, Fatty dan Qilin dapat membunuh sendiri sampai mati dalam pertempuran. Namun, karena Asia seorang Priest dia tidak cocok dalam pertempuran, dia bisa membunuh dengan bantuan teman-temannya dalam kerja sama tim.

***

Ketika pertempuran berakhir, Anonim tiba-tiba menarik mereka ke suatu tempat untuk bersembunyi.

"Anonim ada apa?"

"Diamlah, kita lihat pertempuran yang sedang terjadi..." kata Anonim

"....."

Semua anggota party memandang Anonim, mereka tidak mengerti apa alasannya. Qilin memiringkan kepalanya dengan bingung. Akhirnya mereka mengamati pertempuran yang sedang terjadi.

"Uh, itu..." kata Fatty yang menyadari sesuatu.

Pertempuran antara para pemain, Orc dan Goblin sedang terjadi, kelompok Anonim benar-benar hanya mengamati dari balik semak-semak.

"Pertempurannya sangat kacau!"

"Woahh, sepertinya banyak pemain yang telah mati! "

Terlihat saat ini Orc dan Goblin menguasai medan pertempuran, jumlah pemain yang sedang bertarung semakin lama mulai berkurang.

"Anonim apa yang akan kita lakukan?"

"Aku berencana pergi ke Stone Village." kata Anonim memberitahu

"Apa kau bercanda?"

Mereka menatap Anonim tak percaya. Dia sedang mengerjakan sebuah quest dan akan meninggalkannya.

"Jangan banyak tanya, apa kalian akan ikut denganku atau tidak?"

Dalam kelompok ini Anonim adalah ketua gengnya, sejak Anonim melawan Elite Gray Snake dan menyelamatkan Fatty dari racun, mereka telah menganggap dia sebagai ketua geng tersebut. Dengan Pertanyaan Anonim, Qilin percaya bahwa pasti ada alasannya, dan memilih mengikuti Anonim.

"Aku akan ikut."

"Aku tidak bisa mengerti kenapa kau menyerah pada quest ini, dan pergi ke Stone Village!?"

"Aku punya firasat bahwa kita lebih baik meninggalkan quest ini." kata Anonim

"Tapi, quest ini akan memberi kesempatan besar dalam hadiahnya. Dan ini adalah quest rank C. Tidakkah kamu berpikir ini sangat sayang untuk dilewatkan?" tanya Asia ragu

"Misalkan kita tetap disini dan bertarung. Dilevel kita, kita tidak akan bisa mendapatkan banyak EXP, mungkin kita bisa melawan para Goblin, tapi kita tidak akan bisa melawan para Orc."

"Apa maksudmu?"

"Lihat Ibrahim disana? dia seperti serigala yang sedang menunggu mangsanya. Dia hanya berdiri dan memerintah namun dia tidak ikut dalam pertempuran." kata Anonim sambil menunjuk kearah Ibrahim.

"...Aku yakin sebentar lagi dia akan masuk kedalam medan perang saat para pemain tinggal sedikit."

"Oh, Bukankah itu bagus dia akan ikut bertarung?" tanya Asia bingung

"Asia biasanya kau pintar, kenapa sekarang otakmu lemot, bahkan tidak bisa mengerti makna perkataan Anonim." ujar Fatty.

"...Itu si Ibrahim sengaja membuat pemain berlevel rendah muju berperang terlebih dahulu, karena dia yakin mereka pasti akan mati. Dia sengaja mengurangi para pemain dan ketika pemain tinggal sedikit, dia akan pergi melawan Orc dan Goblin. Tujuannya untuk mendapat EXP lebih banyak untuk dirinya sendiri." kata Fatty menjelaskan.

"Benar, ambisi Ibrahim terlalu besar! dia terlalu meremehkan para Orc itu." kata Anonim melanjutkan. "Menurutmu dengan levelnya saat ini apa dia bisa membunuh 50 Orc yang berlevel sama dengannya? mungkin dia bisa membunuh beberapa Orc dan mendapat EXP. Tapi, bisa dipastikan 99,9% quest ini akan berakhir!"

Mendengar kata-kata Anonim, mereka menyadari darimana kepercayaan dirinya berasal.

"Sekarang aku mengerti."

"Ibrahim, benar-benar akan mati!" Qilin berkata nakal.

"Hehe, dia ditakdirkan akan tamat. Karena dia yang menerima quest ini, jika dia meninggal quest akan gagal." Fatty berkata dengan senyum diwajahnya.

"Oke, Anonim. Kami ikut bersamamu." kata Asia tegas.

Mereka setuju dengan Anonim.Mereka awalnya tertarik dalam quest ini karena hadiahnya yang besar, namun setelah melihat cara Ibrahim yang licik, mereka tidak berminat melanjutkan quest ini lagi. jadi pertempuran skala besar ini akan sukses atau gagal, mereka tidak memperdulikannya lagi.


Kamu meninggalkan party!


Anonim, Asia, Fatty dan Qilin keluar dari party yang beranggota 200 orang tersebut. Karena mereka keluar dari party, secara otomatis quest mereka berakhir dan sistem game akan menilai mereka telah meninggal saat pertempuran.

"Aku akan mengatakan, sebenarnya aku memiliki quest yang menyuruhku ke Stone Village, sebab itu aku berencana pergi kesana."

"Baiklah, kami pergi menemanimu." kata Fatty.

"Aku juga sudah bosen berada di Batavia Town terus-menerus, akhirnya bisa pergi melihat pemandangan baru." kata Qilin gembira.

"Hehe, haruskan setelah urusan Anonim di Stone Village berakhir, kita pergi kedaerah lain untuk jalan-jalan."

"Itu ide bagus!"