High Avatar Chapter 12


Siasat


Sudah 2 hari pasukan beranggota 200 pemain berjalan kaki untuk sampai di Black Forest. Butuh waktu setengah hari lagi sebelum mereka sampai ke tujuan mereka. Pasukan itu saat ini sedang berhenti dan beristirakhat, mereka dari waktu ke waktu akan beristirahat dan makan. Para pemain dalam pasukan tersebut memakan makanan kering yang mereka bawa, atau makanan ringan yang mereka beli. 

"Bagaimana kita akan menyiapkan makanan?" tanya Anonim, bekal yang mereka bawa sebelumnya telah habis.

Asia dan Qilin melirik kearah Fatty saat mereka membicarakan tentang waktu makan. Mereka tau, bencana kehabisan makanan ini, penyebabnya adalah Fatty si rakus ini yang menghabiskannya.

Fatty yang dipelotin kedua gadis dari tadi, merasa bersalah akhirnya melangkah maju untuk meminta maaf. "Hehe, maaf. Aku akan mencari makanan untuk kalian. bagaimana dengan daging kelinci atau kodok? Aku akan berburunya ok? kalian tunggu disini." kata Fatty.

"Oke." 

"Cepatlah."

"Aku tidak ingin daging kodok!!"

Fatty pun melesat pergi mencari sasaran, ketika melihat mangsanya dia mengeluarkan pedangnya untuk menyerang, dan tak lama kemudian, dia kembali dengan 8 daging kelinci di tangannya. Untuk berburu kelinci yang levelnya terbilang rendah, itu hal mudah bagi Fatty.

"Sekarang aku akan mempersiapkan makanan yang lezat untuk kalian, kalian cukup duduk santai dan menunggu." kata Fatty.

Fatty membuat api unggun, mengambil potongan daging kelinci dan menusuknya dengan kayu seperti akan membuat sate. Tak lupa mengambil beberapa bumbu dari penyimpanannya, menaburkannya di daging tersebut dan menempatkannya tepat diatas api. Memutarnya sedikit demi sedikit, dia mengolesi kecap secara merata.

"Woaah, itu tampak lezat." kata Qilin.

"Bisakah ini kita makan, sekarang?" tanya Asia tidak bisa menahan godaan dari aroma sate kelinci tersebut.

"Gemuk, ini tidak beracun, kan?" kata Anonim tanpak ragu, walaupun Anonim juga tergoda dengan aroma sate tersebut, namun dia tidak yakin makanan itu layak dimakan. 

Itu karena class Fatty adalah seorang Knight bukannya Koki, jadi dia tidak yakin Fatty bisa memasak makanan lezat. Bagaimana jika makanan itu berubah menjadi racun dan meracuni mereka, membuat mereka sakit perut setelah memakannya. Itu tidak lucu kan? pikir Anonim.

"Apa maksudmu? tentu saja ini tidak beracun, didunia nyata keluargaku membuka restoran dan karena itu aku bisa memasak makanan. Walaupun classku bukan Koki, tapi aku tau cara memasak. apalagi hanya membuat sate kelinci dengan bumbu-bumbu sederhana.. itu sangat mudah!" kata Fatty percaya diri.

"Gemuk jangan sombong, ini didunia game bukan dunia nyata. Jika kau memasak dan salah memasukkan bumbu, itu akan membuat efek tertentu pada makanan, seperti keracunan." teriak Anonim.

"Jangan khawatir, akan aku buktikan masakanku.."

Segera setelah sate kelinci matang, Fatty memberik pada rekan-rekannya, Asia dan Qilin langsung bergegas mengambil sate itu dan mulai merobek dengan mulut mereka dan mengunyahnya.

"Ya tuhan! Ini enaaaaaaak sekali!" teriak Qilin sambil mulutnya penuh makanan, terus mengunyah.

"Sangat lezaaaaat, Fatty." kata Asia, memberi dua jempol kepadanya.

"Woah, maaf meragukanmu Gemuk, masakanmu luar biasa."

Merasa menikmati makanan yang enak tersebut, mereka terus memuji Fatty lagi dan lagi.

"Biasa saja."

"Gemuk skill memasakmu luar biasa, tiada taranya. Kau adalah dewa memasak yang dikirim oleh surga. Apa dengan para Koki itu? mereka tidak bisa dibandingkan denganmu, tangan ajaibmu saat meracik bumbu itu sangat hebat, aku mengagumimu. Jadi, mulai sekarang kau menjadi koki di party kita oke? kita tidak perlu membuang uang lagi untuk membeli makanan, karena mulai sekarang kau yang akan mengurusnya dan membuat makanan untuk kita setiap hari." kata Anonim sungguh-sungguh.

"Setuju!" seru Qilin

"Aku mengandalkanmu, Fatty." kata Asia

"..."  

Fatty terdiam mendengar ucapan mereka, tak bisa berkata-kata.
Tanpa disadari, banyak pemain lain disekitar telah menatap mereka. Terutama menatap sate kelinci yang mereka makan.

"Kelihatannya enak sekali..." salah satu pemain berkata dengan sedikit air liur muncul dari mulutnya.

"Benar..." jawab pemain lainnya.

"Aku iri bahwa dia menikmati makanan seperti itu!"

Nafsu makan dari para penonton semakin terangsang oleh pemandangan Qilin dan Asia yang sedang menikmati saat-saat terindah dalam hidup mereka, melahap sate kelinci tersebut.

***

Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, akhirnya mereka sampai di Black Forest. Ibrahim memutuskan agar pasukannya beristirakhat dahulu dipinggir Black Forest untuk mengembalikan tenaga mereka sebelum melakukan serangan.

"Johan, pergi amati keadan dalam hutan."

Dia memerintah beberapa rekan terpercayanya untuk pergi dan mengintai kedalam hutan, mengecek situasi didalam dan mencari tau keberadaan sarang Orc dan Goblin berada."

"Baik. Tetap disini dan tunggu sampai aku kembali."

Johan adalah seorang Archer. Dia bergegas masuk kedalam hutan, meningkatkan skill penglihatan dan skill pengamatannya untuk mengintai keadaan sekitar. Bagi para Archer itu adalah sebuah skill yang penting, karena itu memungkinkan mereka untuk mengetahui musuh dikejauhan. Itu juga membantu dalam menganalisa area sekitar. 

Satu jam kemudian, dia kembali, terengah-engah dan melaporkan, "Ada ratusan Goblin dan Orc bersembunyi di bagian dalam hutan sedang berkumpul! Sepertinya mereka telah melakukan persiapan dan akan menuju Stone Village."

"Beritahu pemain untuk bersiap, Kita akan menyergap mereka sebelum mereka meluncur ke Stone Village." 

Mata Ibrahim bersinar dingin. Tentu saja, dia menginginkan pertempuran langsung. Ibrahim dan rekannya memiliki level tertinggi diantara para pasukan lain, dan sebagai hasilnya mereka bisa mendapatkan hasil panen paling banyak.

***

Sementara para pemain sedang beristirakhat di pinggir Black Florest. Anonim memeriksa para pemain disekitarnya, bagaimana penampilan mereka dan apa yang mereka pakai.

"Hmm! Ini aneh..." pikir Anonim.

"Quest ini bukankah sangat populer banyak pemain yang ingin bergabung didalamnya. Pastilah sangat mudah merekrut pemain dengan tinggi, tapi rata-rata level pasukan ini 15-17, hanya beberapa pemain yang berlevel 18." 

"...Dan hanya Ibrahim dan rekannya saja yang berlevel 20."

Ibrahim memiliki 4 teman terpercaya salah satunya, Johan si Archer dan ada 3 lagi, seorang Mage, Paladin dan Knight. Mereka semua berlevel 20, batas level maksimal untuk melakukan quest ini.

Kecurigaan Anonim mulai timbul, apalagi ketika Anonim mengingat saat dia mendaftar untuk quest ini, dan Ibrahim sangat longgar dalam menerimanya. Bahkan dia tidak repot-repot memeriksa class dan levelnya itu benar atau tidak. Sebuah perasaan waspada merayap dalam pikiran Anonim. 

Tepat setelah dia menyelesaikan pengamatan terhadap para pemain, sebuah pengumuman tiba...

"Kalian semua bersiaplah, kami telah mengetahui sarang Orc dan Goblin yang berada didalam hutan. Siapkan peralatan kalian dan berkumpullah di depan Black Forest, kita akan memasuki hutan dan langsung menyerang mereka!!!" teriak Johan memberitahu.

Para pemain yang sedang beristirahat bergegas berdiri dan sibuk mempersiapkan diri, mngecek senjata, mengenakan armor dan mempersiapkan beberapa ramuan herbal.

Tak jauh Fatty, Asia dan Qilin juga berlari menghampiri Anonim.

"Semuanya, dengar..." kata Anonim dengan suara pelan dan serius menatap rekannya.

"Huh?" 

"Ketika kita sampai di sarang Orc dan Goblin, kita jangan percaya pada siapapun dengan mudah, dan sebaiknya kita jangan berpisah." kata Anonim.

Fatty melihat sekeliling seakan sadar oleh peringatan Anonim. Kemudian, dia setuju dan berkata, "Aku mengerti maksudmu."

"Apa itu? Aku tidak mengerti." kata Qilin. 

"Apa kita mengenal pemain lain dari pasukan ini?" tanya Anonim

"Tidak!" 

"Apa maksudmu jika sebuah item bagus dijatuhkan, seseorang mungkin akan langsung membunuh kita untuk merebutnya?" tanya Qilin.

"Bukan, bukan itu yang aku maksud. Tentu saja, hal itu mungkin bisa saja terjadi. Tapi aku tidak berpikir akan ada orang yang akan melakukannya dalam pertempuran ini, terlebih kita berada dalam misi yang sama."

"Lalu, apa yang kau maksud?" 

"Ada sesuatu yang menggangguku..." kata Anonim memimpin rekan-rekannya sedikit menjauh untuk menghindari agar tidak ada pemain lain yang mendengar, "Bukankah jumlah monster ada 200 sama sepertia pasukan kita?"

"Benar! itu sebabnya mereka mengumpulkan 200 pemain untuk quest ini, Ketika kita menyelesaikannya, kita akan mendapatkan banyak EXP dan Fame." kata Qilin.

"Ini dia pertanyaannya, walaupun quest ini untuk pemain level 10-20 untuk dapat bergabung, tapi tidak ada larangan untuk hanya level tertentu untuk bisa bergabung, kan? contoh, Ibrahim bisa saja merekrut 200 pemain level 20, itu akan memudahkannya membunuh Orc dan Goblin dan menyelesaikan quest ini dengan cepat, benar kan?" kata Anonim.

"Memang benar, jika dia melakukan seperti itu akan lebih mudah." kata Asia.

"Monster yang akan kita lawan seperti Goblin berlevel antara 15-17 dan Orc level 18-20. Tapi lihatlah mereka! level pasukan kita rata-rata hanya 15-17, sementara pemain berlevel 18 dapat dihitung jari. Dan lagi pemain berlevel 20 hanya ada 5 orang dan itu Ibrahim dan gengnya." kata Anonim

"...Kita memiliki banyak pemain, tapi sesuai level mereka, kebanyakan dari mereka hanya bisa berurusan dengan Goblin."

"Kita tidak tau skill apa yang dimiliki Monk yang disana, itu apakah benar-benar bisa melawan monster. Pria disana yang seperti Knight level 15 itu bagaimana jika berhadapan dengan Orc level 20 nantinya. Bayangkan apa yang akan terjadi? Pokoknya kita tetap bersama dan jangan berpisah saat bertempr?!"

"Itu artinya...."

"Aku yakin pasti Ibrahim berniat memonopoli monster yang ada di Black Forest. dan ingin mendapatkan EXP lebih banyak untuk dirinya sendiri." kata Anonim sekali lagi mengingatkan rekan-rekannya untuk berhati-hati.

***

Mereka semua berkumpul disepan Black Forest, siap memasukinya. Semanagt para pemain membara ingin cepat-cepat melakukan pertempuran dengan Orc dan Goblin.

"Sebuah penyergapan yang sudah diketahui bukanlah penyergapan lagi. Langsung maju kearah dalam hutan dan menyerang!" teriak Ibrahim memimpin pasukannya.

Pasukan itu menyerbu masuk kedalam hutan, kearah sarang Orc dan Goblin berada. Tiba-tiba, semua Orc dan Goblin yang telah sedang tidur, ada juga yang sedang asik-asiknya membuat anak, kaget dan buru-buru keluar dari sarang menerjang seperti gelombang pasang.

Para Orc pada dasarnya para makhluk hijau besar berotot membawa pedang besar sebagai senjatanya, sementara Goblin ukurannya tidak sebesar Orc dengan perut buncit, memegang perisai disatu tangan dan mengayunkan pedang ditangan yang lain.

Kebanyakan pemain langsung menyerbu kearah mereka. Ibrahim memutuskan untuk tidak menghentikan mereka. Ibrahim menyeringai pelan, "Aku tidak butuh mereka yang lemah. Jadi, kenapa harus berbagi EXP dan Fame dengan orang-orang lemah ini?"

Ibrahim sengaja menggunakan taktik ini untuk mengorbankan para pemain berlevel rendah, itu semata-mata hanya karena dia khawatir bahwa EXP bagiannya akan berkurang jika dibagi secara merata dengan 200 pemain yang lain. Dengan korban yang banyak, nantinya saat dia membunuh Orc dan Goblin dia bisa mendapatkan EXP yang cukup banyak untuk dirinya sendiri.