LMS Vol 15 Chapter 6 Bahasa Indonesia


Volume 15 Chapter 6 ­ Slave Date  


Segera setelah Lee Hyun melepaskan kerudung itu, para pelanggan masuk kedalam tenda kedai.

"Ini sudah saatnya untuk memulai pekerjaan, kan?"

"Kedainya dibuka, ya?"

Mereka ditanyai para pelanggan yang sudah menunggu dalam barisan antrian selama 10 menit. Karena tak ada berita setelah 15 menit, para pelanggan mulai memaksa masuk.

"Whoa!"

"Itu Seo­Seoyoon."

Seoyoon adalah seorang selebritis yang tak seorangpun Universitas Korea tidak tau.

"Pesananmu, silahkan."

Para mahasiswi yang bertanggung jawab melayani berjalan kesana­kemari sambil mengenakan gaun.

"Pelanggan, silahkan pesan!"

"Apa kau tidak mau memesan?"

Bahkan setelah ditekan untuk memesan makanan, para pelanggan hanya terpesona oleh Seoyoon dan hanya menatap dia.

Kejutan visual dari kecantikan yang mempesona!

Ketika para mahasiswi membawa menu­menunya pada mereka dan mendesak mereka untuk memesan, mereka sekali lagi terkejut pada apa yang mereka lihat.
"Live Sea Eel[1], Ikan Bass Liar, Kepiting Rebus, Belut Bakar, Bakmie Seafood Kacang Hitam.... Apa ini menu yang sebenarnya? Dikatakan sup pedas akan ditambahkan ketika Ikan Bass dipesan..."

"Ya. Menu hari ini utamanya berpusat pada seafood. Menu utama berubah setiap hari disepanjang festival. Namun, menu­menu seperti buah pembuka, telur dadar gulung Korea, kimchi bisa dipesan setiap saat."

"Untuk sekarang, beri kamu 3 hidangan Live Sea Eel."

"3 hidangan Live Sea Eel disebelah sini!"

Pemanggang dengan cepat dipasang di meja pelanggan. Kemudian, belutnya dimasak bersamaan dengan rempah­rempah. Setiap kali belut­belut itu menggeliat, mereka bercampur dengan rempah­ rempah. Setelah mereka matang, belut laut yang sempurna dan bernutrisi dimakan potongan demi potongan.

Jika mereka membuat kedai, Lee Hyun ingin menghasilkan keuntungan dan menampilkan kualitas dari makanan.

"Meskipun ini adalah kedai festival, ini tak boleh dikerjakan setengah hati!"

Itu adalah makanan yang dibayar para pelanggan untuk dimakan.

Tak boleh dibuat sembarangan. Itu adalah sebuah pekerjaan yang hanya bisa dilakukan jika dia mengambil tanggung jawab untuk memastikan rasa dan nutrisinya.

Karena selain Lee Hyun tak ada yang bisa memotong sushi dari ikan bass, dia adalah orang yang paling sibuk.

Dia mengiris semuanya diatas talenan begitu artistik!

Ikan bass yang dihilangkan tulangnya mengedipkan matanya, masih hidup. Itu adalah pemotongan yang sangat terampil sehingga bisa menghindari merusak urat­uratnya.

Hari ini, ikan bass, kepiting, dan belut laut dikirim dari pasar yang mana dia sudah kenal dengan pedagangnya. Kesegaran bahan­bahannya terjamin, dan dia bisa mendapatkan barang­barang bagus dengan harga murah.

"Apa kau benar­benar seorang mahasiswa?"

"Ngomong­ngomong, menyarankan pada kami para mahasiswa. Maksudku, memberitahu mereka untuk membeli produk­produk dari pasar."

Berkat kemurahan hati mereka, dia bisa menggunakan bahan­bahan berkualitas. Tetapi karena itu adalah sebuah kedai sekolah, harganya tak bisa dimahalkan.

Di Royal Road, semua orang bisa menghasilkan uang dengan berburu, jadi tak masalah meskipun kau merampok orang. Namun, meminta para mahasiswa membayar harga yang mahal adalah masalah hati nurani.

Pada akhirnya, dia mengurangi hidangannya secukupnya dan menyesuaikan harganya sehingga tidak terlalu mahal.

Meski demikian, para pelanggan puas.

"Ini dia."

"Tolong bawakan pesanan mereka di meja 9."

Seoyoon juga sibuk kesana­kemari membawa pesanan sambil mengenakan gaunnya.

Intensitas dari seorang dewi terpancar, bahkan ketika dia hanya berjalan­jalan saja!

Ada banyak kasus dimana para pelanggan menumpahkan makanan mereka sambil terbengong. Itulah yang sering terjadi saat mereka hanya menatap Seoyoon selama beberapa menit seolah mereka meminum alkohol.

Setiap kali Seoyoon berjalan lewat, dia meninggalkan aroma lemon yang manis.

Dia hanya memakai sedikit lotion untuk makeup. Meski begitu, dia tetaplah cantik meski tanpa makeup, tetapi hari ini, dia secara khusus memakai parfum.

Seoyoon memberikan menu untuk para pelanggan.

"....."

Dia berdiri diam dan menunggu pesanan mereka.

Dia malu pada tatapan dari para pelanggan di sekelilingnya, tetapi dia menahannya.

"Tolong beri kami hidangan buah pembuka."

"......"

Seoyoon mengangguk ringan dan berbalik.

Bahkan para pelanggan yang sudah memiliki hidangan pembuka yang cukup banyak di meja mereka, berebut untuk membuat pesanan baru. Itu adalah sifat keserakahan mereka untuk mencoba berbicara dengan Seoyoon.

"Para peelanggan sudah menunggu selama 30 menit."

"Chef, kapan kepiting rebusnya siap?"

"Sebentar lagi!"

Hanya Lee Hyun yang bekerja mati­matian. Karena kecepatan memasak para mahasiswa lain begitu pelan, dia harus melakukan pekerjaan 2 kali, bukan, 3 kali lebih banyak.

Di hari pertama festival, dia tak bisa melihat pemandangan kembang api atau nyanyian para mahasiswa, dan bahkan tak bisa meninggalkan kedai sama sekali.

Dihari berikutnya, lebih banyak pelanggan datang lebih awal.

"Tolong bawakan pesanan kami!"

"Kami sudah siap memesan disini!"

Meskipun dapur dan meja­meja itu tetap sibuk, mereka memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan dengan hari pertama.

Memasak sudah diselesaikan sebelumnya, dan banyak hidangan sampingan juga telah dipersiapkan. Tumpukan kotak alkohol dan tendanya juga diperluas.

Karena fakultas mengirim sekitar 10 orang sebagai bala bantuan untuk mengerjakan pekerjaan seperti mencuci piring dan membersihkan meja, beban kerja telah berkurang.

Lee Hyun merasa pekerjaan tersebut layak melalui kesenangan dari menghasilkan uang.

‘Keuntungan hari pertama berjumlah sampai 700.000 won. Bahkan setelah dikurangi biaya penyewaan mangkok dan yang lainnya selama 5 hari, masih tersisa sebanyak ini.’

Bisnis sekarang ini adalah pengalaman untuk masa depan!

Dia sangat mengetahui tentang bagaimana menjamu pelanggan dan memasak dari pekerjaan paruh waktunya, tetapi wirausaha bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.

‘Jika aku tak bisa membuat keberhasilan gila­gilaan dalam situasi spesial seperti ini, aku tak akan bisa mempertimbangkan segala macam karir dalam bisnis selanjutnya!’

Dihari festival ketika orang lain menikmatinya dan bermain, dia mengemban tanggung jawab kedai dengan tekad yang kuat.

Mereka menghasilkan keuntungan yang besar juga di hari kedua, dan, dari hari ketiga, meja dan kursi tak pernah kosong. Bahkan di hari keempat, mustahil bagi Lee Hyun untuk melihat­lihat festival.

Pemandangan dari dia pasti sangat menyedihkan karena itulah para seniornya memegang pisau dapur untuk menggantikan dia.

"Lee Hyun, kami akan mengurus tempat ini, jadi kau juga harus pergi bersenang­senang."

"Tetapi aku telah ditugaskan pada tempat ini."

"Apa ini Dinasti Silla atau apa[2], hingga kau menunjukkan pola pikir 'pantang mundur' seperti itu? Festival bukanlah medan perang, jadi pergilah bersenang­senang. Anak­anak yang lain bermain seperti mereka telah kehilangan akal sehat mereka, jadi kau juga harus menikmati festivalnya."

Lee Hyun melepaskan apron dan meluruskan punggungnya.

‘Festival... mungkin ada gunanya untuk melihat bisnis macam apa yang dilakukan fakultas lain. Bahkan restoran membutuhkan banyak pengetahuan. Semakin beragam informasi yang kumiliki, semakin bagus.’

"Kalau begitu aku akan pergi sebentar dan kembali."

"Beristirahatlah hari ini. Sekarang sudah jam 6 malam. Karena kedai hanya dibuka sampai jam 10, kami akan mengerjakan sisanya."

Untuk menghindari ketegangan energi festival terlalu banyak, kedai tersebut ditutup jam 10.

"Baiklah."

Lee Hyun memperhatikan kedai tenda itu.

Meja­meja yang penuh pelanggan, dan para mahasiswa yang sangat sibuk menerima pesanan.

Selama 3 hari terakhir, popularitas Seoyoon mencapai puncaknya.

Semua pelanggan ingin memesan dari dia. Karena hal itulah, Seoyoon yang bekerja keras telah menerima liburan hari ini dan tidak datang ke kedai.

"Meskipun aku tidak ada, aku yakin itu akan berjalan dengan baik."

Segera setelah Lee Hyun meninggalkan tenda kedai, dia berbaur dengan kerumunan di festival itu — orang­orang yang datang bersama keluarga mereka, para mahasiswa dari sekolah lain, dan para mahasiswa Universitas Korea yang berdandan dan berkeliaran kesana­kemari.

Kampus yang tenang, sekarang sangat ramai. Itu adalah sebuah tempat dimana kegembiraan masa muda bisa dirasakan!

Seolah­olah menghirup kegembiraan itu, Lee Hyun menarik nafas dalam­dalam.

"Ah, bagus sekali. Udara yang penuh dengan aroma uang!"

Sebuah panggung telah dipasang di taman dimana dia selalu memakan makan siangnya, dan band­ band tampil disana.

Banyak tim dari Fakultas Virtual Reality berpartisipasi dalam pertemuan atletik, festival lagu, dan permainan.

Hasilnya adalah bencana!

Mereka tereliminasi dalam babak pendahuluan dalam pertemuan atletik, itu mustahil bagi mereka untuk menyanyikan nada­nada tinggi dalam penampilan mereka untuk festival lagu, dan mereka berkata penontonnya hanya beberapa anak­anak SD yang datang pada permainan.

"Tampaknya para noona[3] itu tidak berlatih."

Seorang anak SD memakai kacamata dengan tatapan tajam bahkan mengatakan sesuatu seperti ini. "Sungguh berantakan."

Itu adalah permainan yang bahkan dikritik oleh anak­anak SD!

Itu adalah pemicu pasti yang menyebabkan mengirimkan semua dukungan Fakultas Virtual Reality pada kedai tersebut.

* * *

Tampaknya fakultas­fakultas lain telah melakukan banyak persiapan sebelumnya, karena mereka mengadakan banyak acara.

Fakultas Kedokteran Hewan membawa karakteristik fakultas mereka dan menjual daging sapi.

Didalam Fakultas Kesejahteraan Sosial, para mahasiswa mendorong kursi roda dari orang­orang lumpuh dan jompo saat mereka memandung mereka. Dikatakan bahwa fakultas tersebut mengumpulkan mereka di hotel terdekat atau dirumah mereka sendiri ketika mereka memandikan

mereka dan melakukan perbuatan berarti yang memberi orang­orang sebuah hadiah.

Di Fakultas Desain Pakaian, pakaian­pakaian yang mereka buat dijual murah.

Para mahasiswa musik selalu memiliki popularitas yang tinggi. Karena para mahasiswi cantik tampil, ada kerumunan penonton laki­laki dan mereka sukses besar.

Panggung­panggung dipasang disana­sini, dan bahkan acara­acara kecil terus berlanjut.

Bahkan sebuah pasar tradisional yang menjual produk­produk tak terpakai sangat meriah.

Ketika langkah kaki Lee Hyun membawa dia kearah pasar tradisional dibelakang panggung utama, seseorang disampingnya meraih lengannya dan menyeret dia.

"Lihat, tampaknya 1 lagi relawan telah muncul."

Seorang penyiar tengah menjalankan Slave Dating diatas panggung.

Para kru acara memilih peserta Slave Dating dari penonton, tetapi Lee Hyun didorong menerobos kerumunan itu.

Total 30 mahasiswa laki­laki berpartisipasi dalam Slave Dating!

Penyiar mendekatkan mic'nya dan berteriak.

"Saatnya bagi mereka untuk memamerkan masing­masing kemampuan mereka dalam pertunjukan bakat. Tuan kalian bisa berganti bergantung pada seberapa keren bakat yang kalian tampilkan, jadi para budak, kalian harus melakukan sebaik­baiknya! Kalau begitu, mari kita mulai dengan peserta nomor 1."

Lee Hyun menerima nomor 23.

Dia berusaha menolak dan tak mau naik ke panggung, tetapi karena ejekan kerumunan itu, dia mau tak mau harus naik.

‘Sebuah pertunjukan bakat yang menjengkelkan, keberuntunganku hari ini sangat buruk.’

Memangnya ada bakat yang bagus dari dia!

Yah, satu­satunya hal yang dia ketahui adalah seni beladiri.

Wajah Lee Hyun menegang lagi dan lagi setiap kali para peserta lain memamerkan nyanyian, tarian, memainkan instrumen musik, pertunjukan sulap, atau lelucon komedi.

Dia ketakutan pada penampilan dingin dimata para penonton!

Dia bukanlah seseorang dengan kepribadian periang, dan dia tak memiliki kemampuan individual, jadi kecemasannya semakin tinggi.

Demam panggung. Karena para mahasiswa dari kampus yang sama sedang menonton, hal itu lebih mengerikan.

‘Yah menari saja. Haruskah aku melakukan senam nasional?’

Peserta nomor 6 melakukan senam nasional terlebih dahulu.

"Booooooo!"

"Membosankan! Lempar saja dia kelaut!"

Lee Hyun lega.

‘Beruntung aku tidak melakukan senam nasional. Lalu, haruskah aku menyanyikan sebuah lagu? Tampaknya lagu klasik «I will love you until the end» akan bagus.’

Peserta nomor 14 menyanyikan lagu itu duluan.

Aku bahkan tak bisa tertawa~

Aku selalu mengingat tawamu, sehingga aku bahkan tak bisa menagis~

Karena jika aku sedih, kau mungkin terluka~

Meskipun Lee Hyun berpikir peserta itu memiliki kemampuan bernyanyi yang luar biasa, dia tak bisa mendapatkan nilai yang tinggi.

Sekarang masalahnya bukan mendapatkan nilai yang tinggi. Bagaimanapun caranya dia hanya perlu melewati situasi ini.

"Sekarang kita akan melihat pertunjukan bakat peserta nomor 23."

Tiba­tiba sudah saatnya untuk giliran Lee Hyun. Karena itu adalah sebuah pertunjukan bakat yang singkat, tak ada waktu bagi dia untuk berpikir dengan santai.

"Beri aku pisau...."

"Apa?"

"Aku akan menunjukkan pengupasan apel."

"Apel. Apa ada apel yang dipersiapkan? Ya, mereka bilang mereka akan segera mempersiapkan apel dan pisau untukmu. Pertunjukan bakat peserta nomor 23 adalah pengupasan apel. Semuanya, silahkan menikmati."

Kru acara memberi dia sebuah apel masak dan pisau buah!

Lee Hyun mengusap apel tersebut saat dia memutar­mutarnya. Kemudian, dalam sekejap —

Sliiiiiiceeeee.

Dalam sekejap pisau itu memotong apel tersebut dan kupasannya jatuh.

Ketika bilah pisau itu menggores, kupasan apel itu jatuh, seolah­olah melepaskan kulitnya. Tak ada sisa kulit yang tertinggal pada apel itu.

"Apa kau sudah mengupasnya?"

"Ya."

"Kau mengupasnya sangat cepat. Bagaimanapun, kami telah melihat trik yang bagus!"

Penyiar itu memuji dia. Itu karena pemikiran dari melihat sebuah trik baru setelah hanya melihat pertunjukan bakat biasa­biasa saja dari nyanyian dan tarian.

Para penonton juga bertepuk tangan dengan meriah.


‘Phew. Sepertinya aku berhasil lolos.’

7 orang lagi melakukan pertunjukan bakat mereka setelah Lee Hyun, dan kemudian saatnya untuk menetapkan harga para budak.

Penyiar membariskan para budak.

"Orang­orang tampan dibelakang! Untuk kalian yang berpikir berpenampilan biasa, silahkan berdiri didepan!"

Sesuai dengan kata­kata penyiar, Lee Hyun berpindah untuk berdiri didepan.

‘Mungkin lebih baik untuk terjual terlebih dahulu.’

Tetapi para budak lain maju, memenuhi barisan depan.

Seorang budak hanya bisa dibeli oleh satu orang dari penonton!

Teman­teman yang akan membeli mereka sudah diatur sebelumnya saat seleksi, jadi mereka berdiri didepan.

Orang­orang yang maju sesuai kehendak mereka sendiri hanyalah Lee Hyun dan beberapa orang yang lain.

"Terjual seharga 30.000 won."

"Terjual seharga 15.000 won."

"Budak kali ini cukup berharga. 48.000 won! Adapun kata­kata untuk pembeli, hari ini kalian benar­ benar bisa mempekerjakan mereka dan gunakan senilai dengan uang kalian!"

Giliran Lee Hyun datang.

Si penyiar menatap Lee Hyun dan mendesah dalam­dalam seolah­olah depresi. Kemudian dia berkata menggunakan mikrofon.

"Jika saja aku memberitahu kalian yang bisa dilakukan budak kali ini.... Tampaknya dia memiliki kekuatan yang bagus. Aku menyerah pada harga. Kita akan memulai dari 10 won."

Seorang budak seharga 10 won!

Meskipun para budak lain memiliki permulaan pada beberapa ratus atau bahkan ribuan won. Meskipun dia tau itu adalah lelucon, Lee Hyun merasa sedih.

Tetapi bahkan dengan 10 won, tak seorangpun mengangkat tangan mereka.

"Disini. 20 won!"

Seorang wanita paruh baya dengan anak kecil dipunggungnya diantara para penonton pasti merasa kasihan pada dia, karena wanita itu mengangkat tangannya.

Kemudian sebuah tangan dari sisi lain diangkat.

"Aku punya 20 won dan 10 won lagi."

Ketika dia melihat tempat dimana teriakan itu berasal, itu adalah adiknya, Lee Hayan.

Untuk menyebutkan 30 won dengan emosi seperti itu, semuanya demi keluarga!

Si penyiar berteriak,

"Sekatang, sudah sampai 30 won. Apa ada yang melanjutkan dengan 40 won?"

"40 won!"

"55 won!"

"80 won!"

Karena itu murah, lebih banyak orang mulai menyebutkan harga.

"175 won!"

"199 won!"

"390 won!"

"390 won! Jika tak ada lagi yang akan menawar lebih dari 390 won, maka tawaran pemenang akan diberikan pada harga itu. Aku akan menghitung dari sembilan. Sembilan. Delapan... Tujuh..."

Harga yang menyedihkan!

Karena tak seorangpun yang akan menyebutkan harga yang lebih tinggi, si penyiar akan memenangkan tawaran tersebut.

Ketika hitungan mundur sampai pada dua —

Seorang cewek mengenakan jean, jaket baseball, dan sebuah topi, mengangkat tangannya.

"2 juta won!"

"2 juta won! Aku mendengar 2 juta won. Apa aku benar­benar mendengar seseorang mengatakan 2 juta won?"

Si penyiar berteriak penuh semangat.

Mata kerumunan itu juga bergerak serempak kearah cewek itu. Mereka berpikir itu pasti lelucon.

Namun, ketika cewek itu melepaskan jaket baseball dan kaca matanya, suara­suara heran bermunculan.

"Itu Jeong Hyo Lynn!"

"Jeong Hyo Lynn datang ke festival sekolah kita!"

Dia, yang bernyanyi diatas panggung dunia dan disebut seorang peri, Jeong Hyo Lynn, telah menyebutkan 2 juta won dalam Slave Dating. Begitulah Lee Hyun dijual pada Jeong Hyo Lynn.

* * *

"Budak, tanganmu!"

"Baik."

Lee Hyun buru­buru bergandengan tangan dengan Jeong Hyo Lynn.

Mereka begitu dekat hingga dia bisa mencium aroma yang memikat. Mereka bergandengan tangan dan melewati kerumunan itu saat mereka menuju ke lokasi lain.

Ada orang­orang yang terus­menerus berusaha main mata pada Jeong Hyo Lynn, dan perhatian

terfokus pada mereka.

Jeong Hyo Lynn tak bisa berhenti tersenyum.

"Hey, kamu akan membawaku berkeliling festival ini, kan?"

"Tetapi aku juga tidak mengetahuinya dengan baik..."

"Tak masalah. Bagian yang menyenangkan adalah mencoba ini dan itu sambil berjalan­jalan bersama­ sama. Meskipun aku seorang mahasiswa kampus juga, aku tak bisa sering datang ke kampus. Kamu tau, ini adalah pertama kalinya aku melihat­lihat sebuah festival, meskipun aku sering bernyanyi di sebuah festival."

"Kenapa kamu tidak pergi bersama orang lain. Karena aku orang yang sibuk..."

"Budak, haruskah aku mengembalikanmu?"

"....."

Ancaman tegas untuk mengembalikan dia!

Bagi budak, tak ada kebebasan pilihan. Dia tak bisa naik ke panggung lagi atau mengembalikan 2 juta won juga.

"Aku akan membawamu berkeliling festival."

"Kamu seharusnya mengatakan itu lebih cepat."

Jeong Hyo Lynn sangat memahami Lee Hyun dan sudah terbiasa pada cara­cara untuk menangangi dia.


‘Sebuah ancaman adalah yang paling efektif!’

Jeong Hyo Lynn menempel erat­erat pada lengan Lee Hyun. Lee Hyun bisa merasakan tubuh Jeong Hyo Lynn setiap kali dia berjalan. Tubuhnya yang tak memiliki sedikitpun lemah dan dadanya yang seperti bantal terus menyentuh lengan Lee Hyun.

"Hey, Master. Apa tidak apa­apa melakukan ini, meskipun kamu seorang selebritis?"

"Melakukan apa?"

"Jika kita berkeliling sambil bergandengan tangan, itu akan menciptakan kesalahpahaman."

"Kesalahpahaman seperti apa?"

"Umumnya, jika kamu melihat seorang cowok dan cewek dan menempel seperti ini...."

Dia mendengar suara orang­orang.

"Jeong Hyo Lynn­ssi, dia benar­benar cantik."

"Mereka bilang dia mendonasikan 2 juta won pada acara amal Slave Dating."

Semua kegiatan dari Slave Dating digunakan sebagai donasi amal.

"Lihat saja mereka bergandengan lengan."

"Shhh! Itu adalah fanservice. Fanservice."

"Karena itu adalah Jeong Hyo Lynn yang baik hati, dia memperlakukan cowok itu seperti seorang pacar meskipun itu adalah seorang cowok seperti dia."

"Seorang budak baru yang bahkan tidak terjual telah sepenuhnya meraih sebuah kesempatan emas, jeez."

Meskipun ada reporter di festival Universitas Korea, mereka melewati para reporter itu dengan mudah.

"Kami berpikir dia tak punya ketertarikan pada festival universitas karena dia memulai debutnya dan melonjak naik dari album pertamanya, tetapi untuk Jeong Hyo Lynn­ssi berada ditempat seperti ini... itu mengejutkan."

"Peri yang terkenal benar­benar baik hati."

Dia memancarkan pesona yang besar.

Lee Hyun, yang pergi setelah bekerja di kedai, bukan hanya tidak cocok dengan dia, tetapi amat sangat tidak cocok untuk Jeong Hyo Lynn.

Tidaklah mungkin untuk memikirkan yang lainnya, itu semua karena ada saat­saat ketika dia menolak lamaran dari aktor Hollywood terkenal. Itu adalah Jeong Hyo Lynn, yang sangat bersih dalam hal skandal atau hal­hal yang berhubungan dengan pria.

Itu adalah dia yang hanya menyukai lagu­lagu.

"Setelah bergandengan tangan dengan seorang pria sekali, itu sedikit menyenangkan. Aku bertanya­ tanya apakah semua orang bergandengan tangan untuk perasaan semacam ini...."

"Apa?"

"Aku hanya bicara sendiri."

Lee Hyun mendengar apa yang dia katakan.

‘Meskipun ini juga pertama kalinya aku bergandengan tangan dengan seorang cewek....’

Sampai dia melewati usia 22, kontaknya dengan cewek hanyalah dengan adiknya saja.

Kehidupan yang membuat kontak dengan wanita hanyalah di usia dini ketika dia menggendong adiknya dipunggungnya ketika Hayan masih kecil, mengganti popoknya dan memandikan dia!

"Haruskah kita bermain manusia memukul tikus?"

"Aku tidak mau...."

"Hanya 2.000 won."

"....."

Dua lembar uang keluar dari saku Lee Hyun.

‘Jadi kencan dengan seorang wanita ujung­ujungnya mengeluarkan uang.’

Bagi dia untuk menggunakan 2.000 won, itu seperti ini akan menjadi sebuah hari yang tak akan bisa dia lupakan selama sisa hidupnya.

Itu bahkan mungkin menjadi sesuatu yang bisa muncul kembali di saat­saat kematiannya di usia tua.

Jeong Hyo Lynn mengangkat palu plastik tanpa melepaskan lengan Lee Hyun.

"Ya! Ya!"

Lee Hyun berusaha untuk menunggu dan menonton, tetapi saat dia terus melihat palu plastik Hyo Lynn melesat, dia terfokus dengan sendirinya.

"Sedikit ke kiri."

"Baiklah."

"Sekarang mereka akan keluar dari kanan!"

"Aku melihatnya!"

"Dua dari kiri! Dia tidak akan muncul dikanan sekarang. Tangkap dia dengan cepat!"

"Kubilang aku akan melakukannya sendiri!"

Semangat persaingan dari mereka berdua berkobar­kobar.

"Sial, 12 yang lolos."

"Kamu seharusnya bergerak lebih cepat."

"Itu karena kamu terus membuat aku berbicara dari samping. Jika kamu tidak membuat aku berbicara, aku tidak akan meleset."

"Coba lagi."

"Aku benar­benar akan menangkap mereka semua."

Meskipun Jeong Hyo Lynn mengayunkan palu plastik itu lebih ganas daripada yang sebelumnya, dia tidak melepaskan lengan Lee Hyun.

Saat dia berusaha melepaskan lengannya karena dia berpikir itu mungkin tidak nyaman, lengan Lee Hyun sedikit mengendur dari lengan Hyo Lynn. Kemudian, Jeong Hyo Lynn merangkul tangan Lee Hyun erat­erat.

Itu adalah sesuatu yang terjadi begitu alami dan intim.

"Che! Ada 3 yang lolos."

"Kamu melakukannya dengan baik."

"Apa yang ingin kamu mainkan selanjutnya?"

Pasangan itu menjadi semakin dekat ketika menangkap para tikus!

Mungkin karena Lee Hyun juga merasa nyaman, dia menyarankan, "Mau mendapatkan boneka dengan menembakkan BB­pistol?"

"Kedengarannya bagus."

300 won per tembakan!

Lee Hyun memeriksa harganya dan memilih permainan yang paling murah.

"Mister, tolong isikan masing­masing 10 peluru untuk kami."

Kali ini, Jeong Hyo Lynn mengeluarkan dompetnya sendiri dan membayar. Itu adalah sebuah tindakan yang sangat mengejutkan Lee Hyun.

‘Jadi dia adalah seorang cewek yang baik...’

Jeong Hyo Lynn mengangkat pistolnya dengan satu tangan.

"Aku akan menembak duluan."

"Oke."

Peluru yang ditembakkan Jeong Hyo Lynn meleset dari boneka. Bahkan ketika peluru itu mengenai sebuah boneka secara kebetulan, boneka itu tidak jatuh.

Permainan ini memang seperti ini sejak awal.

Ini adalah perang antara si pemilik dan pelanggan yang secara sembarangan menginginkan boneka!

Setelah kegagalan Jeong Hyo Lynn, Lee Hyun tidak menargetkan boneka yang besar.

‘Boneka berukuran sedang kira­kira beratnya 780 gram. Itu adalah bobot yang sudah aku rasakan tak terhitung berapa kali setiap kali aku menjahit mata pada boneka­boneka itu. Tak akan mudah untuk menjatuhkannya dengan sebuah BB­pistol.’

Meskipun pelurunya mengenai pusat dari boneka itu, kekuatannya tidaklah cukup.

Hanya bisa jatuh dengan cara menembak secara beruntun.

Karena dia membuang 300 won per tembakan, Lee Hyun menargetkan secara hati­hati pada boneka burung dan menjatuhkannya.

‘Sukses.’

Lee Hyun berencana untuk memberikan boneka burung itu pada adiknya.

‘Sepertinya aku bisa menggunakannya sebagai hadiah ulang tahun tahun ini.’

Tetapi Jeong Hyo Lynn menyambar boneka itu.

"Apa kamu memberikan ini padaku?"

"......."

Dia tak bisa menolak mata yang berkedip­kedip dan ekspresi cantik yang meminta dia untuk memberikan boneka itu padanya.

"Itu buat kamu."

"Terimakasih."

Jeong Hyo Lynn memeluk boneka itu penuh kasih sayang.

Mereka berdua juga menaiki merry­go­round[4]dan menonton permainan para mahasiswa.

Diatas atap bangunan utama Universitas Korea mereka memiliki kesempatan untuk melihat pemandangan malam dari kota dan festival.

Bahkan ketika kembang api menghiasi langit, Jeong Hyo Lynn tidak melepaskan tangan Lee Hyun. Dia

tidak mengatakan perasaannya pada Lee Hyun, dengan cara inilah dia menyampaikan apa yang dia rasakan.

Lee Hyun berpikir,

‘Dia pasti benar­benar suka bergandengan tangan.’

* * *

Jeong Hyo Lynn pergi ke panggung kecil di tepi danau.

Itu adalah sebuah panggung yang buruk tak banyak penontonnya. Hanya ada satu piano sebagai intrumen.

"Haruskah kita menyanyikan lagu?"

Jeong Hyo Lynn bertanya setelah duduk di bangku piano tersebut.

Karena mereka masih bergandengan tangan, Lee Hyun juga duduk disampingnya.

"Lagu apa?"

"Terserah... katakan saja lagu apa yang kamu mau. Lagu apa saja tak masalah, tetapi sebuah lagu bahagia akan bagus. Aku merasa sangat bahagia sekarang ini, aku sedang good mood."

Jeong Hyo Lynn telah berkeliling dunia untuk konser. Dengan suaranya yang indah, dia membuat 60.000 orang menjadi liar di konsernya, dan di beberapa negara sosialis, kerumunan ratusan ribu orang berkumpul di plaza dan sepenuhnya menikmati musik kebebasan.

Meskipun dia mempesona dan bersinar sangat terang ketika dia menyanyikan lagunya, setelah dia meninggalkan panggung, dia tidur sendirian didalam kamar hotelnya yang sepi.

Musik adalah satu­satunya temannya, penenang kekosongan dan kesepiannya. Dia menyanyikan kebahagiaan, tetapi dia sebenarnya sangat kesepian setelah dia bernyanyi.

Dia memiliki perasaan bahwa dia akan bisa bernyanyi dengan bahagia secara tulus jika dia bersama Lee Hyun.

"Maukah kamu menyanyikan <Dialogue of Eyes>?"

Lagu debut Jeong Hyo Lynn adalah <Dialogue of Eyes>.

Itu juga merupakan lagu yang paling disukai adik Lee Hyun.

Lagu itu dirilis ketika Jeong Hyo Lynn masih seorang siswi SMA berusia 16 tahun, lagu ini menjadi sangat terkenal dan dia menjadi seorang bintang.

Meskipun lagu­lagu miliknya yang selanjutnya menerima lebih banyak rasa suka dari publik, ada banyak orang yang tak bisa melupakan <Dialogue of Eyes> yang dinyanyikan seorang wanita muda.

"Aku akan menyanyikannya untukmu. Sebagai gantinya... aku akan bermain piano dengan satu tangan."


Untuk suatu alasan, aku tak mau melepaskan tanganmu. Tak ada kata­kata didunia ini.

Kita hanya mengulangi gumaman tak berarti.

Katakan saja apa yang ingin kau katakan.

Karena aku tak bisa mendengar.

Suara jeong Hyo Lynn menyebar seperti sihir, indah dan merdu saat suara itu diiringi melodi piano yang sedikit kurang yang dia mainkan dengan satu tangan.

Tak ada gerakan yang diijinkan.

Percakapan tidaklah ada.

Hubungan yang dibuat oleh kilauan mata.

Tunjukkanlah padaku cahaya dari matamu.

Kejujuran

Rasa sakit

Keputusasaan

Kemarahan

Penyesalan

Keinginan

Kedekatan

Cinta

Ekspresikanlah semua perasaan­perasaan ini melalui matamu

Kerumunan orang, ditarik oleh musik itu, berjalan kearah panggung.

Mereka menemukan sebuah tempat untuk duduk dengan tenang untuk menghindari membuat gangguan.

Kemudian mereka mengeluarkan ponsel mereka dan mengirim sms pada teman­teman mereka.

‘Jeong Hyo Lynn bernyanyi di panggung konser ditepi danau. Cepat datanglah!’

Apa yang harus kita pilih ketika kita makan.

Katakan padaku jika kau makan dengan baik, dan kemana kita harus pergi menggunakan matamu. Jika kita saling melihat mata satu sama lain, kita bisa membaca perasaan kita.

Sebuah dunia tanpa kesalahpahaman dan gangguan.

Jadi aku bisa memahamimu, perasaanmu ketika menatap matamu, kita harus berusaha.

Meski begitu, kita tak pernah benar­benar bisa memahami pemikiran masing­masing. Bahkan jika kau melihat tindakan yang tak bisa kau pahami, aku bisa menerimanya. Karena aku mungkin juga melakukan hal yang sama.

Menatap cahaya matamu adalah ketidakjelasan yang tak pasti.

Mereka bukanlah kata­kata tanpa perasaan, sinarilah kebahagiaanku.

Jadi aku bisa melihat diriku sendiri didalam matamu.

Meskipun sebentar, jangan alihkan matamu dari wajahku.

Satu hati dalam satu pandangan.

Terangilah hatiku.

Semakin dekat matamu yang bersinar, semakin baik.

Seperti biasa, dia bernyanyi dengan suara yang merdu.

Dia bukanlah seorang siswi SMA lagi, tetapi seorang wanita yang sekarang ini mempelajari cinta yang sebenarnya.

Suara merdu yang tak menyampaikan kesedihan dan kepedihan, tetapi tangisan yang mengajarkan tentang cinta.

Jika kata­kata keras tak bisa membuat hati bergetar

Maka, aku ingin berbicara dengan cahaya dari mataku

Mendengarkan suara dari matamu

Karena itu akan mengerutkan jauh lebih dalam kedalam hatimu

Aku akan bisa menyampaikan apa yang tak bisa disampaikan kata­kata.

Bicaralah dengan matamu

Aku ingin melihat cahaya dimatamu

Jeong Hyo Lynn tidak melihat piano.

Dia menatap Lee Hyun yang duduk tepat disampingnya, saat dia bernyanyi dengan matanya yang berkilauan.



Chapter 7 ­ Keingintahuan Smith 

Weed kembali ke Kastil Nekan dengan wajah lesu.

Perburuan tanpa istirahat didalam Dungeon Kramado!

Dia masih bisa mendapatkan level dan item­item yang lumayan banyak, tetapi dengan rasa lelahnya, dia menimbulkan kutukan kerja yang berlebihan dan jatuh kedalam kondisi kritis. Vitality dan statistik miliknya saat ini bahkan tidak sampai ⅓ dari aslinya.

Weed memasuki sebuah bar setelah membeli kacang, bawang merah dan bawang putih.

"Beri aku satu setengah bir!"

Dia memesan bir dan meneguknya.
Sejumlah kecil Vitality telah dipulihkan.

Kamu berada dalam kondisi Overwork yang parah.
Dia merasa dia bisa hidup sekarang.

‘Bukan hanya perburuan, festivalnya juga melelahkan.’

Festival pertama dari kehidupan kampusnya dan itu membosankan bagi dia!

‘Aku tak bisa bersantai seperti orang lain ketika waktunya menghasilkan uang. Jika aku makan apapun yang ingin aku makan, memainkan segala yang ingin aku mainkan, dan melakukan apapun yang aku inginkan seperti orang lain, maka kapan aku bisa menghasilkan uang?’

Jaman sekarang, bahkan anak kecil tau tentang kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Dalam sudut pandang Weed, anak kecil yang datang ke TK naik mobil luar negeri yang dikendarai orang tua mereka, penuh dengan kepercayaan diri dan martabat. Namun, anak kecil yang datang naik bis sekolah agak terintimidasi.

"Kau...."

"Huh?"

"Kau menggunakan bolpoin Monami[1] untuk menulis."

"Mamaku di phk... Bulan depan, aku akan menggantinya dengan pena buatan Jepang."

Itu adalah percakapan antara anak­anak TK dari mimpi Weed.

Kenyataannya, memiliki uang atau tidak, menghasilkan perbedaan bahkan dalam hal yang kecil.

Ketika memakan makanan pada nampan makan siang mereka, seorang anak kecil dari keluarga kaya akan mencelupkan sosis mereka kedalam kecap dan memakannya duluan. Tetapi anak­anak dari keluarga miskin memakan touge atau sayur­sayuran mereka duluan.

Obsesi bahwa sosis perlu disimpan untuk yang terakhir.

Lee Hyun mengakui perasaan rendah dirinya.

‘Anak­anak yang tumbuh dengan meminum susu putih tak akan pernah sama dengan anak­anak yang tumbuh dengan meminum susu strawberi.’

Teori tulusnya pada susu strawberi telah melekat dalam hatinya!

Saat dia meminum bir'nya, Weed teringat hal­hal yang terjadi dalam festival.

Konser langsung Jeong Hyo Lynn berlangsung sampai subuh.

Konser itu terus berjalan saat encore terus diteriakkan, dan karena dia memeluk tangan Lee Hyun, Lee Hyun harus terus bersama dia.

‘Dan bukan hanya itu saja.’

Jika itu berakhir disana, vitalitasnya tidak akan begitu kelelahan seperti ini.

* * *

Dihari terakhir dari festival, para senior berbicara pada Seoyoon.

"Seoyoon, kamu harus menikmati festival juga. Apa kamu hanya akan berkerja disini saja?"

90% dari pelanggan kedai datang untuk melihat dia, tetapi para seniornya memberi dia kebebasan.

"Setidaknya keluarlah dan melihat­lihat. Semua orang harus berpartisipasi dalam festival bersama­ sama. Apa ada seseorang yang ingin kamu ajak keluar dan bermain?"

Sebagai tanggapan pada niat baik para seniornya, Seoyoon secara reflek menatap Lee Hyun.

Lee Hyun segera tersenyum cerah untuk dia.

"Baiklah. Jangan khawatir tentang kedai dan nikmatilah festivalnya."

Kedai itu sukses dan karena pesanan berjalan dengan baik, tampaknya hampir tak ada bahan­bahan yang tersisa. Jika mereka menutup lebih awal pada jam 8 malam, dia bisa pulang dan log in ke Royal Road.

Lee Hyun adalah seseorang yang akan menolak meskipun itu adalah kencan dengan Seoyoon jika dia punya 2 jam untuk di habiskan di Royal Road.

"Lee Hyun."

Tentara cadangan yang kembali dari pasukan tidak melewatkan masalah yang sensitif.[2]

"Ya. Seonbae."

"Meskipun kami tak bisa mempercayainya, sepertinya Seoyoon menginginkan kamu. Pergilah pandu dia berkeliling festival."

Karena dia tak bisa menolak para pasukan cadangan seniornya, Lee Hyun dipaksa untuk mengambil peran sebagai pemandu festival.

"Argh, aku iri pada dia."

"Ah, aku bisa memandumu dengan baik juga...."

Ditengah­tengah kecemburuan dari para senior dan para pelanggan, Lee Hyun dan Seoyoon meninggalkan kedai itu bersama­sama.

Dia berganti dari gaun pernikahan ke pakaian santai, tetapi kecantikannya masih cukup untuk membuat mata dari para laki­laki yang datang untuk melihat festival melompat keluar. Para pria yang melewati mereka melihat kebelakang lagi dengan ekspresi tak percaya dan tidak bergerak.

"Haruskah kita pergi?"

Lee Hyun tiba­tiba memegang tangan Seoyoon.

Jeong Hyo Lynn suka berpegangan tangan sampai pada poin tidak mau melepaskannya, jadi dia memegang tangan Seoyoon duluan, yakin bahwa Seoyoon kemungkinan tidak akan tidak menyukainya. Itu bukanlah keberanian yang jantan, tetapi festival itu penuh dengan kerumunan orang, jadi alasan utamanya adalah bahwa mereka sepertinya akan terpisah jika mereka tidak berpegangan tangan.

"....."

Lembut dan halus, tangannya tenyata hangat.

Dia merasa tubuh Seoyoon menjadi kaku setelah dia memegang tangannya, tetapi dia segera rileks. "Apa ada sesuatu yang ingin kamu lakukan?"
Ketika Lee Hyun bertanya, Seoyoon tidak bisa menjawab.

Meskipun suaranya tersendat setiap kali waktunya berbicara, itu juga karena dia tak pernah berkeliling festival kampus sebelumnya.

"Kalau begitu aku akan memandumu."

Lee Hyun pergi untuk bermain Whack­a­Mole bersama Seoyoon karena harganya tidak terlalu mahal dan reaksinya cukup bagus ketika dia memainkannya bersama Jeong Hyo Lynn.

Para mahasiswa dari permainan tikus yang telah melihat Lee Hyun sebelumnya tengah sebal. "Argh...."
"Itu pria yang sama dengan yang kemarin."

"Seonbae! Pria itulah yang datang bersama Jeong Hyo Lynn­ssi kemarin... Dan hari ini dia bersama Seoyoon­ssi."

Orang­orang dari permainan tikus itu tak bisa menyembunyikan rasa cemburu mereka yang meluap­ luap.

Seolah­olah itu masih belum cukup bahwa dia bersama Jeong Hyo Lynn kemarin, jadi hari ini dia membawa Seoyoon.

Terlebih lagi, perilaku Lee Hyun sangat sangat menjengkelkan.

‘Kemarin ketika Jeong Hyo Lynn menggandeng tangannya, dia bertindak seolah­olah dia malu... tetapi hari ini dia secara antusias memegang tangan Seoyoon­ssi.’

‘Bajingan tengik.’

‘Dia adalah playboy diantara semua playboy.’

Para tikus muncul penuh kemarahan.

"Kamu harus memegang palu plastik ini dan memukul mereka." Dengan saran Lee Hyun, Seoyoon mengangkat palu plastik itu.
Pyok pyok pyok pyok pyok pyok pyok! (Suara palu plastik memukul tikus) Itu sangat berbeda dari bermain dengan Jeong Hyo Lynn yang kikuk.
Bahkan sambil memegang tangan Lee Hyun, Seoyoon tidak melewatkan satupun tikus dengan serangannya yang cepat.

Dibandingkan dengan kepribadiannya yang sederhana, kemampuan atletiknya tidaklah normal. Setiap kali mereka terpukul oleh palu plastik itu, para tikus itu merasa sedih.

‘Itu tak akan tidak adil jika itu adalah seorang pria dengan wajah yang tampan atau memiliki banyak uang.’

‘Pesona macam apa yang dimiliki pria biasa seperti itu....’

Mereka juga pergi untuk menembak boneka. Berkat pengalaman kemarin, dia bisa dengan mudah menjatuhkan boneka nuri dan boneka kiwi.

"Hadiah."

Lee Hyun memberi Seoyoon boneka nuri sebagai sebuah hadiah.

"Aku harus memberikan boneka yang satunya sebagai hadiah untuk adikku, jadi kamu hanya bisa mendapatkan 1."

"....."

Seoyoon memegang boneka nuri itu erat­erat ditangannya.

Karena itu adalah hari terakhir dari festival, Lee Hyun membawa Seoyoon untuk melihat­lihat festival sampai larut malam.

Mereka terjebak dalam pemandangan yang banyak orang menatap mereka dengan penampilan heran saat mereka berjalan­jalan ke berbagai acara.

Seoyoon tidak mengeluarkan tawa berseri­seri, tetapi dia tersipu merah cerah. Ketika melewati tempat yang ramai, dia pergi ketempat dimana Lee Hyun memimpin dia, dan dia bahkan memegang tangan Lee Hyun erat­erat.

"Apa kamu mau menari?"

Lampu­lampu menyala terang di halaman dimana panggung utama berada.

Lagu balada sedang bermain dan para pasangan menari, jadi Lee Hyun juga menanyai Seoyoon apakah dia ingin menari.

Seoyoon mengangguk ringan, dengan wajah yang berwarna merah cerah.

Lee Hyun memegang tangannya dan mendekatkan dia lebih dekat.

Tubuh mereka bergerak secara alami mengikuti alunan musik.

Lagu itu tidaklah sulit untuk menari mengikutinya, tetapi mereka berdua kikuk. Mereka tak bisa menentukan siapa yang akan memimpin, jadi mereka berdua beberapa kali saling menginjak kaki masing­masing.

"......"

Lee Hyun sangat gelisah karena dia tidak tau kapan Seoyoon akan meledak.

* * *

"Festival terkutuk itu akhirnya berakhir. Sepertinya aku bisa kembali rutinitasku yang biasanya sekarang."

Setelah meminum birnya, dia merenggangkan diri dan menguap.

Itu sangat menenangkan dan restoratif ketika berada dalam keadaan Overwork. Sembari berada dalam tubuh Dwarf, meminum bir dan beristirahat memiliki efek yang besar.

‘Ketika tubuhku kembali normal, kupikir itu akan menjadi waktu yang tepat untuk membatalkan Sculptural Shapeshifting.’

* * *

Masing­masing ras memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri­sendiri. Para Dwarf memiliki keuntungan dalam hal Vitality dan Endurance, tetapi karena anggota tubuh mereka pendek, mereka cukup dirugikan dalam pertempuran yang sebenarnya. Jika seseorang tak bisa beradaptasi dengan cepat, itu saja akan membuat pertarungan menjadi lebih sulit.

Para Barbarian memiliki kemampun fisik terbaik. Dengan tubuh mereka yang tinggi dan kekuatan otot mereka, membuat tubuh mereka yang terbaik untuk menjadi seorang Warrior. Namun, mereka tak bisa menggunakan Mana dan memiliki kerugian mudah tergoda oleh pesona.

Para Manusia bisa dikatakan berada tepat dipertengahan. Mereka bagus dalam menggunakan kekuatan suci atau sihir dan saling menutupi poin­poin lemah mereka ketika berburu dengan party.

Ras­ras spesial seperti Orc, Elf, Peri, atau Hobgoblin juga populer, tetapi yang paling umum dipilih adalah ras Manusia.

Mereka juga menduduki kerajaan­kerajaan terbesar dan memberikan pengaruh terbesar pada Pusat Benua.

"Mereka mengatakan pasukan Demonic Spirit yang dipimpin Daymond saat ini terlibat dalam pertempuran dengan pasukan sekutu di Odein."

"Benteng Odein menunjukkan kekuatannya, kan?"

"Mungkin! Bukankah benteng itu terkenal tak bisa ditembus. Kemungkinan akan sulit untuk menerobos barisan pertahanan Benteng Odein bahkan jika mereka adalah Demonic Spirit raksasa."

Saat Benua Versailles jatuh kedalam kekacauan, pasukan persekutuan berkumpul di Benteng Odein untuk memblokir Daymond dan Demonic Spirit miliknya.

Lebih dari 100.000 pasukan sekutu telah berkumpul di satu tempat, dan 100.000 pasukan bala bantuan yang lain berkonsentrasi menyerang mereka dari belakang.

Hanya fakta bahwa 10.000 mantra serangan diluncurkan dari Benteng Odein setiap kali para Demonic Spirit menyerang itu saja sudah mengagumkan!

"Para pahlawan, datanglah ke Benteng Odein!"

"Kami menyambut para Mage untuk bergabung dalam peperangan."

Guild Empire of prosperity berada di Benteng Odein, termasuk para tentara bayaran yang berkumpul. Mereka berjuang mati­matian karena wilayah mereka akan direnggut dari mereka jika para Demonic Spirit bisa menembus Benteng Odein.

Bahkan para player tanpa nama yang berlevel tinggi juga bergabung. Karena tentara bayaran dalam jumlah yang besar ikut serta, perhatian Benua Versailles terfokus pada Benteng Odein.

Pertempuran­pertempuran luar biasa terjadi setiap hari di dinding Benteng Odein sampai pada poin sulit untuk membuat prediksi dari pemenangnya.

Ketika para Demonic Spirit memanjat dinding, kekalahan pasukan sekutu telah diprediksi. Namun, para Demonic Spirit ditekan mundur oleh semangat juang yang besar dari para tentara bayaran, Warrior, dan Knight.

Pasukan sekutu bisa menekan mundur Pasukan Kebangkitan, tetapi dengan segera para Demonic Spirit tambahan bergabung dalam pertempuran dan pasukan sekutu harus mundur kembali ke Benteng Odein.

Pertempuran­pertempuran dari pasukan reguler dari setiap kerajaan dikerahkan sebagai pasukan ekspedisi untuk merebut kembali wilayah yang diduduki oleh Pasukan Kebangkitan juga sedang memanas.

Para Dark Gamer masuk kedalam Benteng Odein dengan pedang menggantung di pinggang mereka, sehingga pasar untuk senjata, armor, dan barang­barang pertempuran meroket.

Seluruh Benua Versailles tengah kacau karena kelanjutan dari apa yang bisa disebut perang skala besar yang pertama.

* * *

Weed mengeluarkan Statue of Death dari dadanya.

Ini adalah hadiah yang dia dapatkan dengan mengalahkan Death Hand di Kuruso. Itu adalah sebuah item yang dia curigai berkaitan dengan quest berantai yang lain.

"Itu mungkin bukan sebuah quest yang berkaitan dengan Pasukan Kebangkitan, kan?"

Tingkat kesulitan untuk memenangkan pertandingan melawan Death Hand sudah cukup tinggi. Dia tak akan punya kepercayaan diri akan kemenangannya jika dia membuat sebuah patung normal dari kayu atau batu bukannya sebuah patung cahaya.

"Ini adalah sebuah patung iblis memegang sabit...."

Penampilan dari patung tersebut menghasilkan kecurigaan yang cukup besar.

Pasukan Kebangkitan pertama kali muncul di tempat yang tak jauh dari Morata. Karena para petualang menemukan lokasi asli dari Order of Resurrection, bentuk dari simbol mereka terungkap.

Simbol itu tampak sama persis dengan patung yang Weed pegang.

Itu buruk bagi Weed jika patung itu memiliki hubungan dengan Pasukan Kebangkitan!

Dia tak pernah berpikir itu mungkin menjadi sebuah quest untuk bertarung melawan Pasukan Kebangkitan yang melawan 100.000 pasukan sekutu.

"Tentunya itu tak akan menjadi sebuah quest yang konyol...."

Ekspresi Weed menjadi serius.

Dalam kebenarannya, Weed tak pernah bisa menyelesaikan sebuah quest yang sulit dan konyol tanpa pengorbanan apapun.

Meskipun keseriusannya semakin jelas pada ekspresi Dwarf berwajah lesu, hal itu membuat keadaannya yang menyedihkan semakin buruk.

Seorang karyawan mendekati dia.

"Pelanggan."

"Ya?"

"Tuan Merchant yang disebelah sana memberimu satu kendi bir untuk diminum."

"......"

Sikap menyedihkannya telah bertindak sejauh menimbulkan rasa simpati!

Itu adalah Weed, yang memiliki keyakinan, kekuatan, dan karisma yang jauh dari apa yang dimiliki pahlawan.

Setelah melambaikan tangannya untuk mengekspresikan terimakasihnya, Weed meminum bir itu.

Tubuhmu menjadi loyo.

Tidur akan meningkatkan kecepatan pemulihan dari rasa lelah.


Tubuhnya yang kelelahan dan tersiksa terus menuntut istirahat.

"Meskipun itu adalah sebuah quest yang sulit, jika aku menghindarinya, aku tak akan bisa melangkah maju. Pada dasarnya, itu karena aku berhasil menyelesaikan quest­quest sebelumnya yang diberikan Order of Freya hingga aku berada dimana aku sekarang ini."

Pertempurannya dengan Death Knight Van Hawk, Vampire Lord Tori, peperangan melawan Lich Shire dan Immortal Legion, dan bahkan menjadi Lord of Morata semuanya berkaitan dengan quest­quest yang telah dia selesaikan.

Jika dia tak bisa menemukan Helain Grail di City of Heaven, Lavias, dia mungkin menjadi seorang Dark Gamer yang hanya tau bagaimana caranya berburu.

Bahkan sebelum itu, jika dia tidak menerima quest dari Sage Rodriguez, dia mungkin menjadi seorang Warrior atau seorang Knight dan berkembang secara normal.

Besi menjadi lebih kuat semakin kau mengeraskannya.

Entah itu peningkatan Fame miliknya lebih cepat daripada orang lain dengan menjadi seorang Sculptor atau kesulitan yang dia hadapi saat dia mendapatkan teknik­teknik memahat, semuanya adalah kejadian berharga yang berkaitan.

Dia tak mau menghindari quest apapun.

‘Bahkan jika itu benar­benar sulit, aku tak akan tau sebelum aku mencobanya. Tak akan ada hasil yang keluar dari hal itu jika aku hanya menghindarinya.’

Weed menggunakan skill miliknya dengan tekat yang sudah bulat.

"Identify!"

*Ding*

Skill mu gagal.

Kamu gagal mengidentifikasi item karena kurang berkonsentrasi.


"......"

Dia benar­benar kecewa.

Rasa lelahnya yang ditingkatkan alkohol membuat penggunaan skill miliknya gagal.

"Identify!"

*Ding*

Skill mu gagal.

"Identify!"

*Ding*

Skill mu gagal.

"Identify!"

*Ding*
Kotak mainan kayu

Penampilan mainan itu telah terkotori oleh tanah.

Ukuran itu sesuai untuk dimainkan anak­anak.

Nilai Artistik: Terlalu memalukan untuk disebutkan.

Efek: kamu bisa menghentikan tangisan anak kecil.


Seorang anak berusia sekitar 7 tahun dengan permen dimulutnya meninggalkan sebuah mainan tersembunyi dibawah pagar.

"Hyung pasti tak bisa mengetahui tentang ini, karena hyung akan mencuri mainanku lagi. Hyung selalu mengambil mainanku dan merusaknya. Dia benar­benar hyung yang buruk."

Anak itu menyembunyikan mainnya sambil menggumamkan komentar buruk tentang kakaknya. Itu adalah pemandangan komunikasi yang menghangatkan hati diantara keluarga.
Kotak kayu itu disembunyikan diantara duri­duri dibawah pagar, jadi mainan itu tak akan menonjol. Kemudian, Death Hand melihat mainan itu saat dia lewat dan mengambilnya.
"Ini adalah... sebuah kotak kayu yang layak digunakan."


Lost Toy (mainan yang hilang)

Sebuah mainan milik anak laki­laki bernama Brave, yang tinggal di Desa Hagen di Kerajaan Sur.

Jika kamu mengembalikan mainan ini pada Brave, dia akan memberimu salah satu permen miliknya yang berharga.

Tingkat Kesulitan: F

Hadiah: permen milik Brave

Persyaratan Quest: jika bermain denngan mainan itu bukannya mengembalikannya dan tertangkap oleh anak kecil, kamu akan menghasilkan Infamy yang besar dan menerima gelar 'Toy Snatcher' (perampas mainan).
"GACK!"

Dia begitu terkejut hingga dia sepenuhnya tersadar dari rasa mabuknya.

Sebuah patung yang dia identifikasi dengan tekad yang tegas tak menghasilkan apa­apa selain quest tingkat kesulitan F.

"Dari semua tempat, aku harus pergi ke Kerajaan Sur... Malang sekali nasibku."

Itu menjengkelkan untuk menemukan tempat itu hanya untuk menyelesaikan quest kecil.

"Sebuah permen....."

Weed mendesah dalam­dalam.

Meskipun dia biasanya menghindari quest­quest biasa dan menjengkelkan, karena dia telah mendengar rumor­rumor buruk tentang quest­quest itu, dia tak pernah menyangka sebuah permintaan langka dari Kerajaan Kuruso adalah sebuah quest kelas F.

"Tetapi karena aku bisa sampai disana dengan cepat jika aku terbang... Itu sedikit lebih baik."

Terbang hanya memungkinkan jika dia pulih dari kelelahannya. Jika dia menabrak karena aliran Mana miliknya terputus ketika dia sedang terbang di udara dengan kutukan Overwork, maka hal itu akan mengarah pada kematiannya.

Weed memutuskan untuk beristirahat sambil meminum bir.

"Biaya bir yang harus aku bayar sudah sejauh.... Ack!"

Dia meminum birnya sambil mengupas kacang dan mengupas bawang merah dan bawang putih.

Tak peduli apa yang dia lakukan, tak ada waktu untuk kemewahan atau kesenangan apapun. Bahkan saat dia meminum bir di kedai, dia berniat untuk memulihkan pengeluarannya.

* * *

Desa Hagen, sebuah desa yang terkenal akan bahan­bahan kuenya!

Produk utama kota itu adalah tebu, tepung terigu, buah kenari, anggur, jagung, dan semacamnya. Kualitas produk itu dibuat untuk menarik para koki. Sekarang, kue, biskuit, dan wine manis buatan sendiri terjual laris.

Itu adalah sebuah kota yang secara sengaja dicari para pasangan untuk menikmati suasana romantis.

"Oppa, makanlah yang banyak!"

"Sayang, sayang harus makan yang banyak juga. Haruskah aku menyuapi mu?" (Guah... Kalimat yang bikin penerjemah merasa enek.)

Pasangan­pasangan tersebar dimana­mana seperti kecoak!

Weed mengabaikan mereka dan berjalan dengan tingkat bahu seperti seseorang yang memiliki kekasih, seorang pria yang datang untuk membeli kue untuk pacarnya.

"Lihatlah sebentar kue­kuenya sebelum kau pergi!"

Dia juga tak lupa untuk melirik barang­barang yang dijual para penjual keliling.

Sambil berkeliaran, dia berbicara pada bibi­bibi yang dia temui.

"Apa kau mengenal seorang anak bernama Brave?"

Om­om mungkin tak mengetahui sesuatu seperti nama­nama dari anak­anak. Namun, dia memiliki perasaan bahwa bibi­bibi yang punya anak dengan usia yang sama akan memiliki peluang yang lebih tinggi tentang mengetahui nama anak.

"Brave? Ya ampun, apa dia membuat masalah lagi?"

"Apa?"

"Dia nakal dan suka iseng dikota. Dia tak pernah memperhatikan apa yang dikatakan orang­orang dewasa. Anakku tidak seharusnya bermain dengan anak itu, tapi...."

"Dimana aku bisa bertemu Brave? Aku punya sebuah mainan yang harus dikembalikan pada anak itu."

"Ini masih baru saja malam, jadi itu akan sulit untuk menemui dia bahkan jika kau mengunjungi rumahnya... Kau akan bisa menemui dia jika kau pergi ke gang atau tempat bermain."[3]

Ini adalah sebuah kota kecil, tetapi menemukan Brave tidaklah mudah. Meskipun dia mencari diseluruh tempat yang disarankan bibi itu, dia masih tak bisa menemukan keberadaan Brave.

Pada akhirnya, dia menemukan Brave di dalam sebuah gudang dibelakang toko roti. Bajingan itu tengah mencuri dan memakan roti sambil banyak noda krim dan sisa­sisa roti disekitar mulutnya.

‘Ketemu kau.’

Weed berkata dengan senang,

"Bocah, patung ini adalah mainanmu yang hilang, kan?"

"Huh? Itu seorang Dwarf. Seorang Dwarf berbicara."

"Dengar, aku menemukan mainan yang kau hilangkan."

"Kumismu benar­benar lucu. Apa kakimu lebih pendek dari kakiku?"

"Ini patungmu, kan?"

Brave mengambil patung yang Weed ulurkan pada dia.

*Ding*
Quest Lost Toy selesai.

Kamu menemukan dan mengembalikan mainan itu pada Brave, seorang anak laki­laki di Desa Hagen.

Hadiah Quest: jika Brave sedang good mood, kamu akan bisa menerima satu permen.
Quest menjengkelkan itu telah selesai.

Weed dengan sabar menunggu untuk menerima permen tersebut.

‘Ini adalah sebuah quest yang bahkan tak mengeluarkan biaya pekerjaan, tetapi aku bisa mendapatkan sekitar 3 copper jika aku menjual permen itu di toko.’

Bukannya sebuah permen, Brave mengembalikan patung itu.

"Ya, ini memang milikku. Meskipun aku berpikir hyung­ku yang mencurinya... Tetapi aku tak membutuhkan ini lagi."

"......."

"Aku bukan lagi anak kecil. Aku berusia 8 tahun. Kau lihat, aku sudah melewati usia untuk bermain dengan mainan dan semacamnya. Mister bisa bermain dengan itu."

*Griiiiind!*

Suara Weed mengertakkan giginya bisa terdengar. Tetapi dia bersabar, dan tetap bersabar.

Keuntungannya akan lebih besar semakin kau mempertahankan kemungkinan hubungan bersahabat dengan penduduk Benua Versailles.

Dasar­dasar dari layanan mentalitas adalah keramahan, pertolongan, dan dedikasi.

Bertahan meskipun kau marah, dan jika ada sesuatu yang tak adil, kau jangan pernah menyuarakannya.

Kau bisa menyebutnya peraturan ketat yang menyedihkan dari seorang Dark Gamer.

"Meski begitu, kau seharusnya mengambil mainan ini, karena ini adalah milikmu. Ambillah sebagai pembayaran dari ketulusanku, aku datang kesini secara khusus untuk menemukanmu. Tidakkah kau berpikir kau harus memberiku sebuah permen?"

"Kubilang aku tidak mau bermain dengan itu!" Brave tiba­tiba berteriak.

"Mister, apa kau segitu menginginkan permenku? Bagaimana kau tau permen rasa kayu manis milikku rasanya lezat....."

"Ahem."

"Lagian, aku tidak akan memberimu permenku, jadi kau bisa mengambil mainan itu dan bermain dengannya. Oh ya, cobalah memberikan mainan itu pada mister Smith si pemabuk, yang menginginkan mainan itu."

"Mister Smith?"

"Dia hanyalah seorang paman tua yang tak punya pekerjaan lain yang lebih baik selain mabuk­ mabukan. Tetapi yah, aku merasa dia lebih baik daripada seorang mister Dwarf yang menginginkan permen milik anak kecil."

*Ding*
Mainan yang Diinginkan Smith si Pemabuk

Mainan yang diminta Smith si pemabuk dari Desa Hagen.

Smith yang minum di bar sampai dia mabuk berat, menginginkan mainan milik Brave.

Tingkat Kesulitan: F

Hadiah: kemungkinan tidak ada

Catatan Quest: tak ada hukuman meskipun kamu mengabaikannya.
Brave menyeringai saat dia menambahkan,

"Dia adalah seorang paman tua yang tak kompeten yang selalu meninggalkan tagihan alkoholnya yang belum dibayar. Dia juga tak punya keluarga. Aku tak mau menjadi tua dan tak berguna seperti dia. Hehe!"

Weed mendesah.

Sebuah quest berantai tingkat kesulitan F.

Karena bar'nya dekat, dia akan masuk untuk melihat Smith setidaknya sekali.

"Baiklah, bocah. Kalau begitu sampai jumpa lagi."

"Kubilang aku bukan bocah. Dan kemungkinan tak ada alasan untuk menemuinu lagi. Jika kau mau membawakan pedang besi yang aku mau, maka kita akan bertemu lagi."

Weed dalam diam memasukkan patung itu kedalam dadanya dan menghilang.

Brave berniat mencuri roti lagi dari gudang itu.

Setelah beberapa saat, seorang Orc menakutkan melompat keluar dari tempat dimana Weed menghilang.

Si Orc Karichwi!

Sebuah eksistensi yang bahkan menciutkan para penjahat kejam menjadi domba penurut hanya dengan wajah dan tubuhnya!

"KYAAAAK, ITU SEORANG ORC!"

"Chwiik! Ketemu kau. Bocah manusia kecil!"

Weed tak banyak berkata.

Dia memberi Brave rasa takut, untuk mengukir rasa hormat kepada orang dewasa sampai sumsum tulangnya.

* * *

Ketika dia menunjukkan patung itu kepada Smith si pemabuk, secercah cahaya kembali ke matanya yang kabur.

"Dimana kau mendapatkan patung ini?"

"Itu adalah sebuah patung yang biasanya dipakai bermain seorang bocah bernama Brave."

"Aku memang ingin memiliki patung milik bocah itu... Apa mungkin kau mencurinya dari dia?"

Weed menggeleng.

Setelah transformasinya menjadi Orc Karichwi, dia membatalkan Sculptural Shapeshifting dan kembali ke wujud Manusia'nya.

"Tidak. Aku menemukan mainan yang hilang itu dengan banyak kesulitan dan mencoba untuk mengembalikannya pada dia, tetapi dia bilang dia tak lagi mau bermain dengan itu. Brave memberitahuku bahwa seseorang menginginkan mainan ini, bukan, patung ini, jadi aku membawanya kesini."

"Begitukah. Maukah kau meminjamkan sebentar patung itu padaku? Aku ingin memeriksanya ketika Brave yang memilikinya, tetapi dia hanya mengijinkan aku untuk melihatnya sangat sebentar."

"Ini. Kau bisa memilikinya."

*Ding*
Quest Mainan yang Diinginkan Smith si Pemabuk selesai.

Smith si pemabuk mendapatkan patung yang dia inginkan.

Meskipun ini masih siang bolong, kau bisa mendapatkan minuman dari dia.

Hadiah Quest: mintalah secara langsung dari Smith si pemabuk.

Fame naik 1 poin
Smith memeriksa patung itu dengan cermat.

"Patung ini.... aku pernah melihatnya sekali sebelumnya ketika berkelana dimasa­masa mudaku."

"Apa?"

"Apa Brave pernah memberitahumu darimana patung ini berasal?"

"Dia tidak mengatakannya."

"Ini adalah sebuah kisah 20 tahun yang lalu. Waktu ketika aku berkelana di benua sebagai seorang tentara bayaran... Ahem! Saat itu, aku adalah seorang tentara bayaran yang luar biasa. Kau mungkin tak mempercayainya, tetapi aku bahkan mengkomando sebuah pasukan tentara bayaran."

Tentu saja, Weed tidak mempercayainya.

Pemabuk semuanya sama saja — tak pernah ada orang menjadi seorang Merchant besar atau tentara bayaran kelas pertama dimasa lalu. Bualan mereka tak mencakup satu atau dua hari, jadi dia setuju pada pernyataannya dan membiarkannya.

"Dibawah perintah Yang Mulia Ratu, aku mengeksekusi Count Savoid si penghianat bersama dengan Pasukan Kerajaan. Ada sebuah patung yang tampak sama persis seperti patung ini didalam gudang milik Count Savoid."

"Aku mengerti."

"Itu disesalkan, tetapi aku juga tak tau patung macam apa itu. Itu tak seperti aku tak punya kecurigaan...

Menurutmu mungkinkah ada sebuah cerita tentang ini jika kau pergi untuk memeriksa perpustakaan

lokal?"

Weed entah kenapa memiliki perasaan yang kuat quest itu tidak akan berakhir disini.

"Kenapa kau tidak mencaritahunya untukku? Jika kau melakukannya, aku akan menceritakan padamu kisah­kisah lamaku sebagai seorang tentara bayaran.

*Ding*
Keingintahuan Smith

Smith si mantan tentara bayaran memiliki pertanyaan tentang sebuah patung yang dia lihat dimasa mudanya.

Jika kamu mengumpulkan informasi tentang patung itu dan memberikannya pada dia, sepertinya dia akan menceritakan kisah­kisah yang dia kumpulkan sebagai seorang tentara bayaran.

Tingkat Kesulitan: D

Hadiah: Cerita Smith

Persyaratan Quest: tidak ada